Analisis Kebutuhan Mahasisiswa PBA
STAIN Kudus dalam Penentuan Bahan Ajar Istima’
Oleh : Fuad Munajat
Pendahuluan
Analisis kebutuhan merupakan satu tahapan penting dalam perencanaan
pembelajaran. Dalam setiap mata kuliah atau mata pelajaran, bahan ajar yang
disusun dalam Satuan Pembelajaran diharapkan mampu merealisasikan tujuan
pembelajaran di satu sisi dan pada sisi lainnya juga dapat mengakomodasi
kebutuhan mahasiswa dalam menghadapi situasi yang akan mereka hadapi di masa
yang akan datang. Demikian halnya dalam menentukan suatu bahan ajar, analisis
kebutuhan sangat diperlukan terutama dikaitkan dengan aspek kekinian. Masih
banyak ditemukan bahan ajar yang secara muatan sudah tidak relevan dengan
kondisi saat ini. Tulisan singkat ini akan menelisik bagaimana analisis
kebutuhan mahasiswa STAIN Kudus dalam penentuan bahan ajar Istima’. Bahan utama
tulisan ini adalah survey yang penulis lakukan terhadap 100 mahasiswa PBA yang
mengambil mata kuliah Istima Wa Ta’bir I & III pada tahun akademik 2013/2014
lalu.
Pengertian
Analisis Kebutuhan
Richards menyatakan bahwa di antara pijakan utama dalam
pengembangan kurikulum adalah penyandaran program pembelajaran atas analisis
kebutuhan. Analisis kebutuhan, menurut Richards, merupakan langkah-langkah
pengumpulan informasi seputar kebutuhan para pembelajar (2001: 80). Tarigan
secara tegas mengungkapkan bahwa Analisis Kebutuhan atau Penilaian kebutuhan
“mengacu pada suatu susunan aturan prosedur-prosedur untuk mengenali dan
menyahihkan/mengabsahkan kebutuhan, serta menentukan prioritas-prioritas di
antara semua (kebutuhan) itu” (1993 : 81). Berdasarkan kedua pengertian di atas
dapat dikatakan bahwa analisis kebutuhan merujuk pada tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam menentukan prioritas kebutuhan yang diperlukan para pembelajar,
dalam hal ini pembelajar Istima’.
Di antara tujuan dilaksanakannya analisis kebutuhan adalah : 1)
menyediakan mekanisme untuk memperoleh sejumlah masukan yang lebih luas terkait
isi, konstruksi, dan dan penerapan sebuah program bahasa. 2) Mengenali
kebutuhan umum dan khusus yang berguna bagi pengembangan maksud, tujuan, dan
isi bagi program bahasa itu, 3) Menyediakan data yang akurat dan bermanfaat
bagi peninjauan ulang dan penilaian program bahasa yang ada (Tarigan, 1993 :
81). Tujuan analisis kebutuhan dapat dipersempit penerapannya pada penentuan
bahan ajar.
Secara umum Richards juga menjelaskan instrumen yang dapat
digunakan dalam analisis kebutuhan antara lain : a) Kuesioner, b) self Rating,
c) interview, d) pertemuan, e) observasi (2001: 90-91). Dalam hal ini, penulis
menggunakan kuesioner untuk menjaring tema-tema yang dibutuhkan mahasiswa STAIN
Kudus dalam pembelajaran Istima’.
Hasil
Kuesioner
Penulis menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa semester III dan V
yang sedang mengikuti mata kuliah Istima’ Wa Ta’bir I dan Istima’ Wa Ta’bir III
pada tahun akademik 2013/2014 yang lalu. Adapun jumlah kuesioner yang dibagikan
sebanyak 100 eksemplar dengan perincian 2 kelas semester III dan 2 kelas
semester V. Dari keseluruhan kuesioner yang disebar tidak semua responden
mengembalikannya. Tercatat sebanyak 5 responden, semuanya berasal dari
mahasiswa semester V, tidak mengembalikan kuesioner.
Adapun dasar penentuan tema-tema yang disajikan sebagai pilihan
adalah silabus dari beberapa perguruan tinggi yang juga menyelenggarakan mata
kuliah Istima’, di antaranya silabus yang digunakan Universitas Negeri Malang
(UM). Di samping itu penulis juga memberikan ruang item lain yang bisa jadi
dibutuhkan mahasiswa tetapi tidak tercakup dalam sepuluh tema utama yang disodorkan
kepada mahasiswa. hal ini penting mengingat perkembangan yang sangat cepat yang
dialami mahasiswa bisa saja belum terakomodasi.
Kesepuluh tema utama dimaksud adalah : berita, olahraga, politik,
keislaman/keagamaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, sejarah, film, ekonomi,
iklan/pariwara, dan kuis. Tema-tema tersebut ditayangkan terlebih dahulu di
hadapan responden sebagai acuan mereka dalam memilih. Adapun program Siaran TV
Arab yang penting dan berguna dalam peningkatan kemampuan istima’ mahasiswa sebagaimana
tercermin pada tabel berikut ini :
No.
|
TEMA
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Urutan
|
1
|
Berita
|
48
|
35
|
9
|
0
|
2
|
2
|
Olahraga
|
8
|
34
|
37
|
12
|
9
|
3
|
Politik
|
4
|
36
|
43
|
8
|
10
|
4
|
Keislaman/ Keagamaan
|
80
|
13
|
1
|
0
|
1
|
5
|
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
|
40
|
40
|
8
|
0
|
4
|
6
|
Sejarah
|
42
|
44
|
6
|
1
|
3
|
7
|
Film
|
30
|
37
|
18
|
6
|
5
|
8
|
Ekonomi
|
9
|
40
|
34
|
16
|
8
|
9
|
Iklan/ Pariwara
|
12
|
23
|
37
|
16
|
7
|
10
|
Kuis
|
15
|
31
|
31
|
15
|
6
|
Keterangan
angka : 1. sangat Penting, 2. Penting, 3. kurang Penting, 4. Tidak Penting
Penting dikemukakan di sini, bahwa
responden dapat memilih setiap tema menurut preferensi urgensinya. Dengan
demikian, bisa saja mereka memilih semua tema sebagai “sangat penting” atau
“tidak penting”. Kuesioner yang diisi responden juga menunjukkan adanya jawaban
yang hanya menjawab sebagian pertanyaan,bahkan ada beberapa responden yang
tidak mengisi jawaban secara lengkap. Namun demikian mayoritas responden
mengisi kuesioner sesuai dengan pedoman pengisiannya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di atas, diketahui bahwa tema
keagamaan/keislaman menjadi tema yang paling banyak dipilih responden. Ada 80
dari 95 responden yang memilih tema tersebut sebagai tema utama yang digunakan
dalam penentuan materi ajar istima’. Hal ini dapat dipahami karena responden merupakan
mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam yang dekat sekali dengan tema tersebut.
Tidak hanya dekat, tema keislaman bagi mereka sangat dibutuhkan terutama dalam
menempuh dan menyelesaikan studi mereka. Tema kedua yang menjadi pilihan
responden adalah berita. Tema ini dipersepsikan mahasiswa memiliki tingkat
kebaruan yang tinggi dan dipilih oleh 48 responden.
Tema ketiga yang memperoleh akumulasi pilihan sangat penting adalah
tema sejarah dan mendapat 42 suara. Ini bisa dijelaskan dengan “prior knowledge”
yang telah mereka miliki sebelumnya. Pada posisi keempat dijumpai tema ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memperoleh 40 suara. Tema tersebut sangat mudah
dipahami menjadi pilihan utama responden mengingat keberadaan mereka sebagai
generasi yang lahir setelah 1990-an, dan beranjak remaja pada era teknologi dan
internet. Bagi mereka teknologi merupakan kebutuhan yang harus mereka ketahui
dan sekaligus mereka kuasai.
Urutan kelima dari tema-tema utama adalah tema film. Dalam hal ini
kita dapat menunjukkan betapa film-film berbahasa Arab terutama yang fusha
sangat dibutuhkan mahasiswa dan meperoleh 30 pilihan suara atau sekitar 30 %
dari responden yang mengisi kuesioner. Tentu saja kita juga dapat menyebut
perkembangan film karton bagi anak-anak penutur bahasa Arab di Timur Tengah
telah menjadi fenomena yang menggembirakan karena penuturan bahasa Arab
Fashihah juga menjadi persoalan tersendiri bagi negara-negara Arab.
Adapun tema-tema lainnya yang
hanya mendapat pilihan di bawah 30 % tidak termasuk ke dalam tema utama
yang dijadikan pilihan dalam menentukan bahan ajar Istima’. Di antara tema yang
kurang mendapat apresiasi daari responden adalah kuis (15 responden),
iklan/pariwara (12), ekonomi (9), olahraga (8), dan politik (4). Hal ini
menggambarkan dengan jelas bahwa bagi responden kelima tema tersebut tidak
menjadi kebutuhan utama mereka saat ini.
Ada juga beberapa tema yang diajukan responden sebagai alternatif
dan usulan jika belum terakomodasi dalam item pilihan. Di antara yang paling
banyak diusulkan adalah tema “pendidikan”. Tema ini sangat dekat dan dibutuhkan
responden karena afiliasi mereka sebagai mahasiswa Jurusan Tarbiyah yang sudah
pasti membutuhkan tema tersebut.
Penutup
Berdasarkan uraian singkat di atas
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1) Analisis kebutuhan
merupakan hal mendasar dalam merumuskan silabus dan menentukan bahan ajar
Istima; 2) Analisis kebutuhan diperlukan terutama untuk merespon perkembangan
dan tantangan zaman yang semakin lama semakin cepat berubah; 3) Di antara
tema-tema Istima’ yang dibutuhkan mahasiswa pada masa ini adalah (a)
keagamaan/keislaman, (b) berita, (c) sejarah, (d) ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta (e) film. Hal ini menunjukkan bagaimana mahasiswa PTKI yang
masih sangat membutuhkan tema keagamaan sebagai “core” studi mereka di satu
sisi tetapi di sisi lain mereka juga tidak mau “kuper” terhadap perkembangan
informasi dan teknologi mutakhir.
Daftar
Pustaka
Richards, Jack C., Curriculum Development in Language Teaching,
(Cambridge University Press, 2001)
Tarigan, Henry Guntur, Dasar-Dasar Kurikulum Bahasa, Bandung
: Angkasa, 1993, Cet. Ke-10