Selasa, 27 September 2016



Analisis Kebutuhan Mahasisiswa PBA
STAIN Kudus dalam Penentuan Bahan Ajar Istima’
Oleh : Fuad Munajat
Pendahuluan
Analisis kebutuhan merupakan satu tahapan penting dalam perencanaan pembelajaran. Dalam setiap mata kuliah atau mata pelajaran, bahan ajar yang disusun dalam Satuan Pembelajaran diharapkan mampu merealisasikan tujuan pembelajaran di satu sisi dan pada sisi lainnya juga dapat mengakomodasi kebutuhan mahasiswa dalam menghadapi situasi yang akan mereka hadapi di masa yang akan datang. Demikian halnya dalam menentukan suatu bahan ajar, analisis kebutuhan sangat diperlukan terutama dikaitkan dengan aspek kekinian. Masih banyak ditemukan bahan ajar yang secara muatan sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Tulisan singkat ini akan menelisik bagaimana analisis kebutuhan mahasiswa STAIN Kudus dalam penentuan bahan ajar Istima’. Bahan utama tulisan ini adalah survey yang penulis lakukan terhadap 100 mahasiswa PBA yang mengambil mata kuliah Istima Wa Ta’bir I & III pada tahun akademik 2013/2014 lalu.

Pengertian Analisis Kebutuhan
Richards menyatakan bahwa di antara pijakan utama dalam pengembangan kurikulum adalah penyandaran program pembelajaran atas analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan, menurut Richards, merupakan langkah-langkah pengumpulan informasi seputar kebutuhan para pembelajar (2001: 80). Tarigan secara tegas mengungkapkan bahwa Analisis Kebutuhan atau Penilaian kebutuhan “mengacu pada suatu susunan aturan prosedur-prosedur untuk mengenali dan menyahihkan/mengabsahkan kebutuhan, serta menentukan prioritas-prioritas di antara semua (kebutuhan) itu” (1993 : 81). Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat dikatakan bahwa analisis kebutuhan merujuk pada tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menentukan prioritas kebutuhan yang diperlukan para pembelajar, dalam hal ini pembelajar Istima’.
Di antara tujuan dilaksanakannya analisis kebutuhan adalah : 1) menyediakan mekanisme untuk memperoleh sejumlah masukan yang lebih luas terkait isi, konstruksi, dan dan penerapan sebuah program bahasa. 2) Mengenali kebutuhan umum dan khusus yang berguna bagi pengembangan maksud, tujuan, dan isi bagi program bahasa itu, 3) Menyediakan data yang akurat dan bermanfaat bagi peninjauan ulang dan penilaian program bahasa yang ada (Tarigan, 1993 : 81). Tujuan analisis kebutuhan dapat dipersempit penerapannya pada penentuan bahan ajar.
Secara umum Richards juga menjelaskan instrumen yang dapat digunakan dalam analisis kebutuhan antara lain : a) Kuesioner, b) self Rating, c) interview, d) pertemuan, e) observasi (2001: 90-91). Dalam hal ini, penulis menggunakan kuesioner untuk menjaring tema-tema yang dibutuhkan mahasiswa STAIN Kudus dalam pembelajaran Istima’.

Hasil Kuesioner
Penulis menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa semester III dan V yang sedang mengikuti mata kuliah Istima’ Wa Ta’bir I dan Istima’ Wa Ta’bir III pada tahun akademik 2013/2014 yang lalu. Adapun jumlah kuesioner yang dibagikan sebanyak 100 eksemplar dengan perincian 2 kelas semester III dan 2 kelas semester V. Dari keseluruhan kuesioner yang disebar tidak semua responden mengembalikannya. Tercatat sebanyak 5 responden, semuanya berasal dari mahasiswa semester V, tidak mengembalikan kuesioner.
Adapun dasar penentuan tema-tema yang disajikan sebagai pilihan adalah silabus dari beberapa perguruan tinggi yang juga menyelenggarakan mata kuliah Istima’, di antaranya silabus yang digunakan Universitas Negeri Malang (UM). Di samping itu penulis juga memberikan ruang item lain yang bisa jadi dibutuhkan mahasiswa tetapi tidak tercakup dalam sepuluh tema utama yang disodorkan kepada mahasiswa. hal ini penting mengingat perkembangan yang sangat cepat yang dialami mahasiswa bisa saja belum terakomodasi.
Kesepuluh tema utama dimaksud adalah : berita, olahraga, politik, keislaman/keagamaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, sejarah, film, ekonomi, iklan/pariwara, dan kuis. Tema-tema tersebut ditayangkan terlebih dahulu di hadapan responden sebagai acuan mereka dalam memilih. Adapun program Siaran TV Arab yang penting dan berguna dalam peningkatan kemampuan istima’ mahasiswa sebagaimana tercermin pada tabel berikut ini :
No.
TEMA
1
2
3
4
Urutan
1
Berita
48
35
9
0
2
2
Olahraga
8
34
37
12
9
3
Politik
4
36
43
8
10
4
Keislaman/ Keagamaan
80
13
1
0
1
5
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
40
40
8
0
4
6
Sejarah
42
44
6
1
3
7
Film
30
37
18
6
5
8
Ekonomi
9
40
34
16
8
9
Iklan/ Pariwara
12
23
37
16
7
10
Kuis
15
31
31
15
6
Keterangan angka : 1. sangat Penting, 2. Penting, 3. kurang Penting, 4. Tidak Penting
            Penting dikemukakan di sini, bahwa responden dapat memilih setiap tema menurut preferensi urgensinya. Dengan demikian, bisa saja mereka memilih semua tema sebagai “sangat penting” atau “tidak penting”. Kuesioner yang diisi responden juga menunjukkan adanya jawaban yang hanya menjawab sebagian pertanyaan,bahkan ada beberapa responden yang tidak mengisi jawaban secara lengkap. Namun demikian mayoritas responden mengisi kuesioner sesuai dengan pedoman pengisiannya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di atas, diketahui bahwa tema keagamaan/keislaman menjadi tema yang paling banyak dipilih responden. Ada 80 dari 95 responden yang memilih tema tersebut sebagai tema utama yang digunakan dalam penentuan materi ajar istima’. Hal ini dapat dipahami karena responden merupakan mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam yang dekat sekali dengan tema tersebut. Tidak hanya dekat, tema keislaman bagi mereka sangat dibutuhkan terutama dalam menempuh dan menyelesaikan studi mereka. Tema kedua yang menjadi pilihan responden adalah berita. Tema ini dipersepsikan mahasiswa memiliki tingkat kebaruan yang tinggi dan dipilih oleh 48 responden.
Tema ketiga yang memperoleh akumulasi pilihan sangat penting adalah tema sejarah dan mendapat 42 suara. Ini bisa dijelaskan dengan “prior knowledge” yang telah mereka miliki sebelumnya. Pada posisi keempat dijumpai tema ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperoleh 40 suara. Tema tersebut sangat mudah dipahami menjadi pilihan utama responden mengingat keberadaan mereka sebagai generasi yang lahir setelah 1990-an, dan beranjak remaja pada era teknologi dan internet. Bagi mereka teknologi merupakan kebutuhan yang harus mereka ketahui dan sekaligus mereka kuasai.
Urutan kelima dari tema-tema utama adalah tema film. Dalam hal ini kita dapat menunjukkan betapa film-film berbahasa Arab terutama yang fusha sangat dibutuhkan mahasiswa dan meperoleh 30 pilihan suara atau sekitar 30 % dari responden yang mengisi kuesioner. Tentu saja kita juga dapat menyebut perkembangan film karton bagi anak-anak penutur bahasa Arab di Timur Tengah telah menjadi fenomena yang menggembirakan karena penuturan bahasa Arab Fashihah juga menjadi persoalan tersendiri bagi negara-negara Arab.
Adapun tema-tema lainnya yang  hanya mendapat pilihan di bawah 30 % tidak termasuk ke dalam tema utama yang dijadikan pilihan dalam menentukan bahan ajar Istima’. Di antara tema yang kurang mendapat apresiasi daari responden adalah kuis (15 responden), iklan/pariwara (12), ekonomi (9), olahraga (8), dan politik (4). Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa bagi responden kelima tema tersebut tidak menjadi kebutuhan utama mereka saat ini.
Ada juga beberapa tema yang diajukan responden sebagai alternatif dan usulan jika belum terakomodasi dalam item pilihan. Di antara yang paling banyak diusulkan adalah tema “pendidikan”. Tema ini sangat dekat dan dibutuhkan responden karena afiliasi mereka sebagai mahasiswa Jurusan Tarbiyah yang sudah pasti membutuhkan tema tersebut.


Penutup
            Berdasarkan uraian singkat di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1) Analisis kebutuhan merupakan hal mendasar dalam merumuskan silabus dan menentukan bahan ajar Istima; 2) Analisis kebutuhan diperlukan terutama untuk merespon perkembangan dan tantangan zaman yang semakin lama semakin cepat berubah; 3) Di antara tema-tema Istima’ yang dibutuhkan mahasiswa pada masa ini adalah (a) keagamaan/keislaman, (b) berita, (c) sejarah, (d) ilmu pengetahuan dan teknologi, serta (e) film. Hal ini menunjukkan bagaimana mahasiswa PTKI yang masih sangat membutuhkan tema keagamaan sebagai “core” studi mereka di satu sisi tetapi di sisi lain mereka juga tidak mau “kuper” terhadap perkembangan informasi dan teknologi mutakhir.

Daftar Pustaka
Richards, Jack C., Curriculum Development in Language Teaching, (Cambridge University Press, 2001)
Tarigan, Henry Guntur, Dasar-Dasar Kurikulum Bahasa, Bandung : Angkasa, 1993, Cet. Ke-10