Selasa, 11 April 2017

ISTIMA’ BAHASA ARAB DALAM PEMBELAJARAN MIKRO



ISTIMA’ BAHASA ARAB DALAM PEMBELAJARAN MIKRO
Oleh: Fuad Munajat

Pendahuluan
Pembelajaran Mikro menempati posisi penting dalam mempersiapkan calon tenaga pengajar yang sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi yang dibutuhkan. Bagi setiap calon pengajar, aspek pengalaman mengajar menjadi satu penunjang yang dibutuhkan sebagai model dan acuan utama dalam menyiapkan ancangan pembelajarannya kelak dalam pembelajaran sesungguhnya (real teaching). Pembelajaran mikro diselenggarakan untuk berbagai materi ajar atau mata pelajaran yang diajarkan pada berbagai jenjang pendidikan termasuk bahasa Arab.
Mata pelajaran bahasa Arab merupakan materi ajar yang cukup penting terlebih dalam kaitan dengan luasnya aspek yang dicakup. Bahasa Arab dapat dibagi menjadi beberapa segmen utama antara lain aspek kebahasaan dan aspek keterampilan/ kemahiran. Tidak heran jika Jika Effendi mensyaratkan tiga hal yang harus dikuasai guru bahasa Arab (1) kemahiran bahasa Arab, (2) pengetahuan tentang bahasa dan budaya Arab, (3) keterampilan mengajarkan bahasa Arab (Effendy, 2009: 1).
Mengingat luasnya aspek bahasa Arab yang perlu dikuasai calon pengajar, dalam tulisan singkat ini penulis hanya memokuskan perhatian pada satu aspek kecil dari keseluruhan segmen pembelajaran bahasa Arab. Aspek dimaksud adalah kemahiran Istima’ bahasa Arab baik posisi Istima dalam pembelajaran bahasa Arab, metode dan media yang digunakan, serta keterampilan mengajar istima’ bahasa Arab.
Posisi Istima dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Asumsi umum dalam pembelajaran bahasa menyatakan bahwa secara alamiah seseorang memperoleh (akuisisi) dan belajar bahasa melalui beberapa tahapan yakni menyimak (istima’), membaca (qiraat), berbicara (kalam), dan menulis (kitabah)(Lihat misalnya, Al-‘Arabi, 1981 : 63). Tentu saja urutan tersebut masih dapat diperdebatkan tergantung pendekatan dan asumsi bahasa atau belajar bahasa yang dianut seseorang.
Urutan tersebut dapat diartikan sebagai tingginya posisi atau urgensi istima’ dalam pembelajaran bahasa, dalam hal ini bahasa Arab. Hal ini diperkuat dengan kenyataan dalam kondisi alamiah seseorang penutur bahasa pertama memperoleh bahasa ibu dengan istima’ dan disusul kemahiran lainnya. Input bahasa memainkan peranan penting karena menjadi dasar bagi output bahasa dalam hal ini aspek berbicara.
Kenyataan di atas membawa konsekuensi dalam pembelajaran bahasa Arab di mana aspek ini mendapat porsi yang cukup besar pada marhalah mubtadiah (level dasar), dan secara gradual berkurang pada jenjang pendidikan berikutnya. Gradasi porsi istima’ yang berkurang tidak berarti berkurangnya urgensi istima’ tetapi lebih karena fokus yang bergeser ke arah pemahaman (al-fahmu wal qiraat).
Mengingat pentingnya aspek istima’ bahasa Arab maka dalam pembelajaran mikro bahasa Arab aspek tersebut harus diperhatikan baik karakteristik istima’, pengenalan bunyi bahasa Arab (tamyiz al-ashwat), dan pemahaman teks istima’ (fahmul masmu’).
Materi Ajar, Metode, dan Media Istima’
Jika mengacu pada silabus bahasa Arab pada jenjang Tsanawiyah kelas VII, misalnya, beberapa tema diajarkan antara lain Ta’aruf, al-Adawat al-Madrasiyyah, al-Usrah, Fil Fashli, Fil Maktabah, Fil Bait, Fil Hadiqah, dan al-‘Unwan (Lihat Materi Praktikum Micro Teaching STAIN Kudus, 2014: th). Tema-tema tersebut dijabarkan dalam empat kemahiran istima, kalam, qiraah, dan kitabah.
Materi ajar istima’ idealnya disampaikan sesuai dengan bunyi bahasa, nada, intonasi penutur asli bahasa Arab. Dalam hal ini keberadaan penutur asli (native speaker) bahasa Arab menjadi sebuah keniscayaan. Namun demikian, pembelajaran bahasa asing, termasuk bahasa Arab, terkendala dengan problem ketersedian penutur asli. Dengan demikian media pembelajaran dapat mengisi posisi penutur asli baik dengan kaset, rekaman audio, ataupun audio visual seperti video.
Terkait metode yang digunakan dalam pembelajaran istima’ ada beberapa metode dan teknik pembelajaran. Di antara metode yang memberikan perhatian pada aspek istima adalah metode  langsung (mubasyirah) dan metode Audio Lingual. Adapun teknik pembelajarannya dapat dilakukan dengan latihan pengenalan (identifikasi), latihan mendengarkan dan menirukan, latihan membaca dan mendengar, latihan mendengar dan memahami (Effendy, 2009: 129-133).
Dalam kaitan dengan media pembelajaran istima’, sebagaimana disinggung dalam paragraf materi ajar di atas, terdapat beberapa pilihan baik dengan penutur asli maupun dengan penggantinya berupa rekaman, audio, ataupun video. Namun demikian perlu dinyatakan realitas pembelajaran istima’ tidak memperlihatkan hal semestinya. Beberapa guru cenderung menggunakan teknik imla (dikte) dan pembacaan guru (teacher talk) terhadap teks yang tersedia. Tidak heran jika siswa setelah mengikuti sesi istima’ masih merasa kesulitan jika menyimak atau mendengarkan teks istima’ dari penutur asli.
Keterampilan Mengajar Istima’ Bahasa Arab
Sebagaimana dijelaskan di bagian pendahuluan bahwa seorang guru bahasa Arab setidaknya harus menguasai tiga hal (1)  kemahiran bahasa Arab, (2) pengetahuan tentang bahasa dan budaya Arab, (3) keterampilan mengajarkan bahasa Arab (Effendy, 2009: 1). Dalam hal ini jika diturunkan pada aspek istima’ maka guru harus menguasai kemahiran istima’ bahasa Arab. Guru juga harus menguasai dan memahami pengetahuan tentang bahasa dan budaya Arab yang terkandung dalam teks yang disimak. Di samping itu guru harus menguasai dan terampil dalam mengajarkan istima’ bahasa Arab dengan segala metode dan teknik pembelajarannya.
Kriteria tersebut tampak sederhana tetapi dalam pelaksanaannya sulit untuk memadukan ketiga pra syarat guru dimaksud. Adagium Mahmud Yunus yang menyatakan “ath-Thariqatu Ahammu minal Maaddah”, atau sebaliknya “al-Maaddatu Ahammu min ath-Thariqah” (metode lebih penting ketimbang materi ajar) atau sebaliknya (materi ajar lebih penting dari metode) menjadi sinergi ketika diungkapkan “kedua-duanya sama pentingnya”.
Dengan demikian mengajar aspek istima memiliki tantangan yang cukup berat jika dikaitkan dengan aspek bahan ajar, misalnya, ditemukan adanya kenyataan buku-buku ajar yang ada di pasaran tidak dilengkapi dengan suplemen audio. Dalam hal ini dibutuhkan kejelian dan kreatifitas guru dalam menyiapkan bahan ajar yang sesuai. Kalaupun menggunakan supleman audio, biasanya dari buku al-Arabiyyah Baina Yadaika, belum dipertimbangkan aspek budaya yang kerap memiliki jurang (gap) yang terlalu jauh antara budaya Arab dengan budaya Indonesia.
Pada aspek media, secara khusus, belum banyak digunakan sumber belajar seperti laboratorium bahasa, kelas multi media, maupun teknologi internet. Tentu saja di banyak sekolah telah ada laboratorium bahasa tetapi penggunaan dan pemanfaatnya masih jauh dari kata optimal.
Aspek ketiga adalah keterampilan mengajar bahasa Arab. Aspek ini bisa jadi sering dianggap selesai diajarkan saat seseorang diajarkan tentang metode-metode pembelajaran bahasa Arab. Ada hal yang kerap diabaikan yakni terkait teori-teori bahasa, teori pembelajaran bahasa,  yang melandasi metode-metode pembelajaran bahasa Arab. Aspek teori menjadi penting jika dikaitkan dengan turunan konsekuensi dari teori tertentu. Pengetahuan aspek teoretis baik teori bahasa dan teori pembelajaran bahasa membantu seseorang dalam mengembangkan metode dan bahan ajar  jika terdapat jurang (gap) antara bahan ajar yang tersedia dengan kondisi nyata siswa.
Istima’ Bahasa Arab dalam Pembelajaran Mikro
Dalam pembelajaran istima di kelas pembelajaran mikro, seorang praktikan dapat memilih salah satu materi istima sesuai silabus yang ditentukan. Jika buku paket yang digunakan tidak melampirkan audio atau teks simakan, praktikan disarankan tidak menyuarakan (imla) teks dimaksud dengan suara praktikan tetapi berupaya mencari teks beraudio dengan tema yang sama dengan silabus. Di internet telah banyak ditemukan situs-situs penyedia audio bahasa Arab dengan tema yang sama atau mirip dengan silabus.
Hal terpenting dalam istima bahasa Arab dalam pembelajaran mikro adalah persiapan praktikan dalam teks beraudio. Kendala-kendala teknis dapat saja dihadapi praktikan misalnya dalam penggunaan multi media. Seringkali dijumpai praktikan yang tidak menguasai cara penggunaan alat multi media seperti LCD, speaker aktif, atau bahkan instalasi kelistrikannya. Meskipun media teknologi bukanlah segala-galanya tetapi dalam sesi istima media teknologi berfungsi sebagai pengganti penutur asli.
Selain hal teknis di atas, ada beberapa persoalan mendasar antara lain persoalan persiapan pembelajaran mikro, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Tahap persiapan merupakan fase krusial di mana calon pengajar mempersiapkan segala sesuatu terkait pembelajaran yang akan dilaksanakannya.  Dalam kaitan dengan pembelajaran mikro bahasa Arab maka tahapan persiapan yang mesti dilakukan adalah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bahasa Arab yang diturunkan dari kurikulum dan silabus bahasa Arab.
Tidak hanya sebatas mempersiapkan RPP, seorang praktikan juga harus memahami memahami secara optimal Perangkat Pembelajaran lainnya dan Konsep dasar mengajar seperti keterampilan membuka dan menutup, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan penguatan, dan keterampilan mengadakan variasi.
Dengan demikian mengajar istima dalam pembelajaran mikro harus mempertimbangkan dan melaksanakan segala sesuatu yang terkait baik dengan perangkat pembelajaran (lebih bersifat prosedural) dan kemampuan dasar mengajar (lebih bersifat kompetensi).

Daftar Pustaka
Al-Arabi, Abdul Majid Shalah, Ta’allum al-Lughaat al-Hayyah wa Ta’liimuhaa: Baina an-Nadzariyya wa at-Tathbiiq, Beirut: Maktabat Lubnan, 1981
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2009
Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, Materi Praktikum Micro Teaching Silabus Mata Pelajaran Bahasa Arab Di Tingkat Madrasah Aliyah & Tsanawiyah Program Studi PBA, 2014

PEMANFAATAN PPT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB



PEMANFAATAN PPT
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Oleh: Fuad Munajat

Pendahuluan
Bahasa Arab memiliki beberapa aspek ditinjau dari sudut pembelajarannya. Aspek-aspek tersebut secara umum dapat dilihat pada komponen kurikulum bahasa Arab yakni tujuan, isi, metode, media dan evaluasi. Kesemua komponen tersebut harus saling berjalin berkelindan dalam rangka melaksanakan pembelajaran bahasa Arab yang efektik, tuntas, dan membisakan.
Dilihat dari komponen media pembelajaran bahasa Arab, pemanfaatan Teknologi Informatika sudah menjadi suatu keharusan terlebih dengan pesatnya kemajuan bidang TI akhir-akhir ini. Demikian halnya dalam pembelajaran bahasa Arab bagi non-Arab yang dilakukan di Indonesia juga terimbas secara positif dampak tersebut. Berbagai perangkat lunak komputer dikembangkan dan diaplikasikan ke dalam pembelajaran bahasa Arab seperti piranti Microsoft Office yang mengembangkan Word, Excel, PowerPoint (PPT), Acces, dan lain sebagainya.
Piranti-piranti tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa Arab karena memungkinkan guru dan murid untuk menghadapi pengalaman belajar yang lebih variatif sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi seperti pada piranti gambar, teks, audio, visual, audio-visual, dan video memungkinkan pengintegrasian dengan piranti lunak. Dalam tulisan berikut penulis menyoroti penggunaan PPT dalam pembelajaran bahasa Arab karena piranti tersebut sangat mudah diaplikasikan dan memuat fitur-fitur yang cukup bervariasi yang dapat memperkaya pengalaman siswa dalam belajar bahasa Arab.
Sekilas Tentang PPT
Disebutkan dalam Introduction to PowerPoint 2007 (2010: 3) bahwa PowerPoint (selanjutnya disebut PPT) adalah sebuah paket piranti lunak untuk presentasi. Lebih jauh dijelaskan bahwa PPT terdiri dari sejumlah laman yang kerap disebut “slide” dan slide dapat memuat teks, grafik, tabel, film dan sebagainya. Dengan demikian piranti PPT dapat mengintegrasikan baik teks, gambar, audio, tabel, dan video.
Dengan pengembangan piranti PPT, sejak PPT 2007 sarana integrasi fitur-fitur utama telah lebih mudah diaplikasikan dengan adanya ikon quick insert pada bagian tengah slide sebagaimana tampak pada gambar berikut ini:
Description: Description: panduan-lengkap-powerpoint-2007.pdf - Adobe Reader
            Keberadaan ikon quick insert semakin memudahkan pengguna seperti saat membuat media pembelajaran bahasa Arab.
PPT dalam Pembelajaran Istima dan Kalam
Dalam pembelajaran istima’ piranti PPT sangat mungkin dioptimalkan terlebih karakteristik materi istima yang mengharuskan penggunaan teks audio atau teks audio visual (video) dalam penyampaiannya. Pembelajaran istima kerap ditandai dengan tiga fase utama (1) pre-listening, yang memuat segala sesuatu yang dapat mengkondisikan pembelajar istima terhadap teks istima. Dalam fase ini baik gambar maupun teks dapat digunakan secara bersamaan; (2) while-listening, yang merujuk pada aktifitas substantif menyimak teks audio; (3) post-listening, yang merupakan bagian tindak lanjut dari fase sebelumnya dan dapat dilakukan dengan aktifitas yang mengembangkan pemahaman siswa (Lihat John Field dalam Richards dan Renandya, 2002: 242).

Penggunaan ikon quick insert memudahkan guru dalam memadukan teks dengan audio maupun video. Sebuah teks istima’ akan mudah dipahami jika dijelaskan tidak saja dengan audio atau suara tetapi juga dengan visual berupa gambar atau grafik.
Dalam pembelajaran kalam sejumlah fitur dapat digunakan dalam merangsang siswa berbicara. Fitur gambar merupakan satu di antara sekian banyak fitur yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Seorang siswa dapat dipacu membicarakan topik tentang tamasya, misalnya, dengan menyandingkan teks dengan gambar. Cara lain dapat dilakukan dengan menggabungkan antara tugas istima dan kalam karena kedua aspek maharah ini sangat dekat dan baik pembicara maupun penyimak dalam kondisi nyata sering kali bertukar posisi.
PPT dalam Pembelajaran Qira’ah dan Kitabah
            Dalam pembelajaran qiraat tentu aspek teks dalam konotasi tulisan menjadi aspek utama dalam pembelajaran qiraat. Namun demikian hal itu tidak serta merta menafikan aspek gambar, audio maupun video sebagai bagian pendukung yang dapat memperjelas muatan teks. Dalam presentasi materi qiraat, jika diperlukan, dapat saja teks qiraat dihyperlink dengan file MS Word.
Dengan demikian karakteristik PPT yang hanya cocok jika digunakan untuk item-item penting saja atau ringkas bisa dimodifikasi dengan hyperlink yang memuat file jenis lain seperti materi qiraat yang panjang untuk level menengah dan lanjutan.
Adapun terkait kitabah maka yang dapat dilakukan tentu lebih banyak karena pemaduan antara teks dan gambar, ataupun audio sekalipun menjadi lebih mudah sebagaimana pada gambar berikut ini.
Dengan demikian baik kemahiran qiraat maupun kemahiran kitabah sangat mungkin pemanfaatan PPT dilakukan. Terlebih dengan perkembangan teknologi informatika yang semakin pesat maka variasi penggunaan materi ajar bahasa Arab baik istima, kalam, qiraat dan kitabah menjadi semakin beraneka.
PPT dan Penggunaan Bahan Ajar Otentik
Penggunaan piranti PPT dengan segala keunggulannya akan mampu membuat bahan ajar lebih kaya karena pengajar dapat secara langsung memasukkan bahan-bahan baru dan tidak terkekang dengan materi ajar yang itu-itu saja dan memiliki nilai kebaruan (up to date).
Ini bisa saja terjadi ketika membahas topik olahraga, misalnya, guru dapat memasukkan tema Piala Dunia Brasil 2014 baik dalam bentuk ulasan berita ataupun cuplikan pertandingan atau bahkan gol “terbang” ala Van Persie yang sedang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini.
Hal seperti ini tentu saja tidak akan kita jumpai pada bahan ajar “tradisional” dalam bentuk buku ajar bahkan pada buku yang paling umum digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab bagi non-Arab semisal Al-Arabiyyah Baina Yadaika.
Dengan demikian tampak nilai manfaat piranti PPT dalam pembelajaran bahasa Arab yakni dari aspek kebaruan informasi yang dimungkinkan karena piranti ini dapat menggabungkan baik teks, gambar, audio, maupun video.
Belum lagi jika PPT dilihat dari keunggulan lainnya selain ikon quick insert. Tampak banyak sekali kelebihan fitur-fitur PPT yang semakin hari semakin dikembangkan. Fitur-fitur seperti Design, Animations,dan View memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan fitur sejenis dalam piranti lainnya. Desain dan animasi PPT memiliki dinamika yang lebih lincah dan integrasi dengan piranti lain seperti MS Word, Excel, Pdf, dan lain sebagainya juga menjadi nilai tambah PPT.
Penutup
Piranti PPT merupakan salah satu piranti lunak Microsoft Office yang memiliki banyak kegunaan terutama dalam membantu guru menyajikan materi ajar. Terkait dengan pembelajaran bahasa Arab maka piranti PPT menjadi lebih signifikan karena karakteristik bahasa Arab sendiri yang terdiri dari aspek kemahiran dan kebahasaan. Pada aspek kemahiran berbahasa maka keterampilan istima’, kalam, qiraat dan kitabah menjadi pokok pembelajaran.
Empat kemahiran tersebut dapat disajikan atau dipresentasikan secara lebih optimal manakala PPT digunakan. Tidak hanya istima’ yang dominan menggunakan audio dan video dalam pembelajarannya yang dapat diaplikasikan dengan PPT tetapi lebih dari itu aspek kalam, qiraat, dan kitabah juga dapat diintegrasikan dengan piranti tersebut.
Di samping itu penggunaan PPT dalam pembelajaran bahasa Arab juga dapat dilihat dari nilai kebaruan materi ajar karena bahan otentik dapat digabungkan dengan piranti ini tanpa mengharuskan pengajarnya bolak-balik ke laboratorium bahasa atau kelas multi media.
Dengan demikian PPT jelas memiliki keunggulan dalam pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa Arab yang memiliki banyak aspek tidak hanya aspek kemahiran bahasa tetapi juga aspek kebahasaan dan aspek budaya yang akan sangat efektif jika penyampaiannya menggunakan media yang mumpuni seperti PPT. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
Asrori, Imam, Al-Mahir Fil Murasalah: Mahir Berkorespondensi Bahasa Arab, Surabaya: Hilal Pustaka, 2009
Munajat, Fuad, “Hand Out Mata Kuliah Kitabah II”, tidak dipublikasikan
Program Studi S1 Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus, Materi Ajar Praktikum Teknologi Informasi Pendidikan, 2014
Jack C Richards dan Willy A. Renandya (Ed.) Methodology in Language Teaching, Cambridge University Press, 2002, pp. 235-241 (John Field, “The Changing Fase of Listening” pp. 242-247
Studen Computing Service, Introduction to PowerPoint 2007 , tt., 2010, diunduh pada 19 Jun. 14, www.neiu.edu/scs


PEMBELAJARAN ISTIMA’ VIA DUNIA MAYA



PEMBELAJARAN ISTIMA’ VIA DUNIA MAYA
OLEH : FUAD MUNAJAT

Pendahuluan
Generasi muda yang lahir pada dua dasawarsa terakhir hidup dan tumbuh pada era teknologi informatika. Tidak dapat dipungkiri kehidupan mereka erat sekali dengan teknologi. Bahkan secara terus terang Madhany (2005: 295) menyatakan bahwa, “They know more about computers and use a wider range of computer applications than most of their teachers in high school, professors in college, or parents,” (siswa mengetahui lebih banyak dan menggunakan lebih luas aplikasi komputer dibandingkan guru-guru mereka di Sekolah Menengah, para profesor di Perguruan Tinggi, atau orang tua mereka). Bila ditinjau dari aspek pendidikan kenyataan ini dapat dipandang sebagai peluang sekaligus tantangan berat. Pemanfaatan teknologi dapat digunakan sebagai media dalam dunia pembelajaran dan di sisi lain penyalahgunaannya dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak terperi.
Tulisan ini secara khusus menyoroti pemanfaatan internet dalam pembelajaran Istima (listening bahasa Arab) yang kerap dipandang sebelah mata sebagai “Cinderella Skill”, sebagaimana diselorohkan Nunan (dalam Richards dan Renandya, 2002: 238) karena sering diabaikan dibandingkan keterampilan bahasa lainnya seperti Qiraah, Kalam dan kitabah. Dalam hal ini pemanfaatan internet dilihat dari perspektif keberadaannya sebagai media pembelajaran yang semakin hari semakin berkembang dan kian mudah dijangkau baik oleh guru maupun siswa.
Karakteristik Istima’
Al-Khuli (1986: 71) mendefinisikan istima’ sebagai Inshaat al-mar’i li syakhshin aakhara yatakallamu bi qashdi fahmi maa yasma’u (seseorang menyimak orang lain yang tengah berbicara untuk memahami apa yang disimaknya). Fakhrurrozi dan Mahyudin (2012: 273) menyatakan bahwa istima merupakan “kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna yang disampaikan melalui ujaran atau bahasa lisan”.
Berdasarkan kedua definisi di atas tampak bahwa istima’ merupakan kegiatan yang “cukup rumit” karena melibatkan beberapa aspek di antaranya pembicara, pendengar, dan pesan yang disampaikan. Bukan itu saja, dalam keadaan yang sebenarnya apa yang disebut sebagai “pembicara” dan “pendengar” dapat beralih peran secara bergantian.
Karakteristik istima dapat terlihat pada proses beralihnya pesan dari pembicara ke penyimak yang melibatkan beberapa aspek dari sisi penyimak saat konkretisasi makna antara lain: (1) pengetahuannya tentang bahasa Arab tidak sebatas aspek fonetik, tetapi juga kosa kata, susunan kalimat, dan beraneka situasi yang melatari penggunaan bahasa Arab, (2) kepekaannya terhadap topik pembicaraan, (3) konteks budaya, (4) orientasi pembicara terhadap topik pembicaraan, (5) pengalaman bersama antara pembicara dan penyimak, (6) penafsirannya terhadap kondisi yang melingkupi situasi pembicaraan, dan (7) kemampuannya memahami aspek ekstra lingusitik seperti kecepatan suara pembicara, jeda bicara, intonasi, perubahan raut wajah, gestur badan dan lain sebagainya (Thu’aimah, 1989: 148).
Media Pembelajaran Istima’
Berdasarkan uraian pada bagian di atas tampak adanya tantangan yang cukup nyata dalam pembelajaran istima’ mengingat karakteristiknya yang cukup rumit dan adanya pengabaian aspek istima selama ini. Pembelajaran istima bagi penutur non-Arab sejatinya dilaksanakan dengan pengajar penutur asli (native speaker) orang Arab. Hal ini karena pembelajaran istima’ yang dilakukan oleh musmi’ atau pengajar istima non-Arab menimbulkan persoalan mendasar lain seperti perbedaan bunyi bahasa dan perbedaan budaya yang kerap sulit dijelaskan.
Dengan demikian keberadaan media pembelajaran yang dapat menggantikan posisi penutur asli menjadi sesuatu yang niscaya. Di antara media pembelajaran istima’ yang relevan adalah penggunaan Teknologi Informatika baik berupa aplikasi komputer, internet, ataupun siaran televisi berbahasa Arab. Saat ini media tersebut dapat terintegrasi dalam laboratorium bahasa atau kelas multi media. Di samping itu, dengan pesatnya kemajuan Teknologi Informatika pemanfaatan media semakin mudah dijangkau tidak lagi terbatas pada pembelajaran di laboratorium bahasa atau kelas multi media karena aplikasi internet semakin mudah dijangkau melalui telpon genggam (hand phone) dan telpon pintar (smart phone) atau dengan modem internet yang saat ini biayanya semakin terjangkau.
Internet dan Pembelajaran Istima’
Internet telah menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar, termasuk pembelajaran istima’. Pada dasarnya internet dapat menghimpun berbagai macam media pembelajaran baik bersifat teks, audio, visual, dan audio-visual. Dalam hal ini semua bentuk media “tradisional” seperti surat kabar, radio, televisi telah dihimpun oleh teknologi internet.
Terkait bahan ajar istima’, hampir saluran radio dan kanal televisi Arab bisa diakses dengan internet. Sebagai contoh siaran radio BBC Arabic dapat diakses melalui situs www.bbc.co.uk dan siaran televisi Timur Tengah seperti IQRA dan Aljazeera juga dapat dilihat melalui live streaming dengan mengunjungi situs-situs keduanya.
Beberapa program pembelajaran bahasa Arab disediakan oleh situs online seperti Aljazeera yang memiliki link Ta’limul Lughah Al-‘Arabiyyah. Di samping itu ada juga program SCOLA (Satellite Communications for Learning) yang menghimpun dan menyiarkan program-program televisi seperti berita, pendidikan, beragam program lainnya tanpa diedit dalam bahasa Arab. SCOLA mendorong belajar bahasa secara mandiri dengan menyediakan file-file yang bisa diunduh, MP3 yang bisa diburning untuk tujuan listening, trankripsi Arab, terjemahan transkrip, daftar kosa kata, dan latihan-latihan (Madhany, 2005: 299). Berikut tampilan SCOLA
Gambar 1 tampilan SCOLA
Masih terkait dengan istima’ di internet, situs Aswaat Arabiyya atau Arabic Voices merupakan situs gratis yang didesain untuk menyediakan materi  otentik untuk membantu pembelajar bahasa Arab pada semua level belajar mereka (Madhany, 2005: 299). Satu-satunya kendala yang mungkin dihadapi pengakses adalah kecepatan koneksi internet untuk aktivasinya. Bagian layout dan feature situs tersebut juga memberi gambaran mengenai aspek pedagogis yang melatarbelakangi pengembangan situs tersebut.
Di antara kesulitan penggunaan situs-situs program online pembelajaran istima’ di atas adalah masalah kecepatan koneksi internet karena biasanya siaran-siaran tersebut terutama yang langsung (live) membutuhkan koneksi yang cukup tinggi. Pengaksesan internet di lembaga-lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi ditandai dengan problem tersebut. Sering kali ketika akses dilakukan pada jam-jam perkuliahan atau jam sibuk lainnya kendala koneksi muncul. Bahkan jika pengakses menggunakan modem sendiri juga tidak luput dari problem tersebut.
Solusi yang lebih mungkin diterapkan adalah melakukan akses materi istima dengan resolusi yang lebih rendah seperti yang dapat kita temukan pada file-file you tube dengan kapasitas yang lebih ringan. File-file pada youtube dapat mencakup berbagai jenis teks dan topik mulai dari berita monolog, dialog interaktif, lagu-lagu Arab, film kartun, opera sabun (sinetron), siaran pendidikan, pembelajaran nahwu, pembelajaran agama dan lain sebagainya.
Perbedaannya antara file youtube dengan program-program pembelajaran istima baik melalui SCOLA maupun Aswaat Arabiyya adalah pada youtube koneksi akses lebih cepat tetapi tidak secara khusus mempelajari bahasa atau istima’ bahasa Arab. Program yang kedua tentu saja didesain untuk tujuan pembelajaran bahasa Arab dan istima’ bahasa Arab tetapi koneksi akses tidak secepat youtube.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas tampak adanya alternatif dalam pembelajaran istima’ bahasa Arab. Fakta membuktikan pembelajaran istima’, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, masih dihadapkan pada persoalan kelangkaan materi dan media dalam pembelajarannya. Di madrasah-madrasah, sering kali teks istima’ dilafalkan secara nyaring oleh guru tanpa mempertimbangkan ujaran senyatanya penutur asli.
Meskipun laboratorium bahasa telah tersedia tetapi pemanfaatannya masih jauh dari harapan. Kemajuan teknologi informatika dapat memenuhi kebutuhan baik materi maupun media pembelajaran istima’ yakni dengan memaksimalkan pengaksesan terhadap beberapa situs pembelajaran bahasa Arab yang secara terprogram menyajikan materi istima’ dengan pemanfaatan internet.
Daftar Pustaka
Al-Khuli, Muhammad Ali, A Dictionary of Applied Linguistics : English-Arabic with An Arabic-English Glossary, Beirut: 1986
Fakhrurrozi, Aziz, Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama, 2002
Jack C Richards dan Willy A. Renandya (Ed.) Methodology in Language Teaching, Cambridge University Press, 2002, pp. 235-241 (David Nunan, “Listening in Language Learning” pp. 238-241
Madhany, al-Husein N, “Teaching Arabic with Technology: Word Processing, E-Mail, and Internet”, Hamilton, 2005, pp. 295-304
Thu’aimah, Rusydi Ahmad, Ta’lim al-‘Arabiyyah Li Ghayr an-Nathiqin Biha: Manahijuhu wa Asalibuhu, Rabat: ISISCO, 1989