Selasa, 11 April 2017

AREA KAJIAN PENELITIAN PBA



AREA KAJIAN PENELITIAN PBA
Oleh : Fuad Munajat

Pendahuluan
Di antara tahapan yang membuat seorang mahasiswa lambat menyelesaikan studi adalah tahapan penulisan tugas akhir. Sudah menjadi rahasia umum jika penyelesaian skripsi seringkali menjadi fase krusial seseorang bahkan terkadang menyita waktu studinya hingga mendekati batas akhir studi di sebuah perguruan tinggi. Penyelesaian tugas akhir sejatinya merupakan rangkaian akhir dari sebuah proses panjang perkuliahan yang telah dimulai bahkan manakala seseorang baru memasuki gelanggang perkuliahan.
Banyak faktor yang menjadikan penulisan tugas akhir dianggap rumit. Salah satunya adalah keharusan melakukan penelitian di bidang yang menjadi fokus utama program studi yang dipilih. Ali Al-Kasbani (2012: 32) menyatakan penelitian sebagai prosedur ilmiah sitematis mencakup langkah-langkah logis dan sitematis yang dilakukan sesuai kaidah ilmiah melalui mana peneliti dapat memperoleh, memodifikasi, dan mengembangkan data tertentu serta ditujukan menjawab pertanyaan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Kerumitan dapat berlipat dua jika dalam pelaksanaan pelaporan penelitian seseorang diharuskan menggunakan bahasa asing, seperti bahasa Arab atau bahasa Inggris.
Tulisan ini disusun untuk menyoroti salah satu problematika penulisan skripsi mahasiswa jurusan PBA, yakni persoalan penentuan area kajian penelitian PBA. Hal penting diperhatikan mengingat banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada penulis, saat mengampu mata kuliah Praktikum Penelitian, tentang bidang apa saja yang boleh diteliti di prodi PBA dan konsekuensi metodologisnya.
Bidang Kajian PBA
Pendidikan Bahasa Arab (PBA) merupakan program studi yang dilaksanakan untuk menyiapkan tenaga pengajar di bidang bahasa Arab. Dalam beberapa profil lulusan di sejumlah perguruan tinggi dijumpai profil tambahan baik sebagai penerjemah ataupun manajer lembaga pendidikan bahasa Arab. Apapun profil tambahan yang diharapkan core competence lulusan PBA terletak pada poin pertama yakni menjadi tenaga pengajar bahasa Arab.
Dilihat dari tata namanya, PBA setidaknya memuat dua aspek utama yakni “pendidikan” dan “bahasa Arab”. Aspek terakhir masih dapat diperinci lagi menjadi beberapa sub-altern seperti sub-aspek kemahiran (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), sub aspek kebahasaan (fonetik, morfologi, sintaksis, dan semantik), dan sub aspek non-kebahasaan (konteks budaya, gestur, tekanan bicara dan sebagainya). Belum lagi jika aspek “pendidikan” diperinci, pasti akan terurai banyak sub aspek yang membuat bidang PBA menjadi sangat luas.
Beberapa ahli telah memetakan bidang kajian PBA menjadi beberapa bagian. Di antaranya, Muhaimin, dalam sebuah seminar metodologi pembelajaran, memetakan area kajian bahasa Arab dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran yakni dari sisi input, proses, dan output pembelajaran.
Moh. Ainin (2010 : 140) yang memetakan bidang kajian bahasa Arab menjadi beberapa kelompok yakni (a) pembelajaran bahasa Arab, (b) pembelajaran sastra Arab, (c) pembelajaran bahasa Arab untuk anak, (d) pembelajaran baca-tulis Alquran, (e) kemahiran berbahasa, (f) pemerolehan bahasa, (g) kebahasaan, (h) penerjemahan, (i) kesastraan, (j) seni kaligrafi, dan (k) pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan khusus.
Khusus terkait kelompok (a) yakni pembelajaran bahasa Arab dapat diperinci lagi menjadi beberapa sub kajian antara lain metode pembelajaran (Istima’, Kalam, Qiraat, Kitabah, kosakata dan qawaid), Kurikulum bahasa Arab, Materi Pembelajaran bahasa Arab, Media Pembelajaran bahasa Arab, dan Penilaian dalam Pembelajaran bahasa Arab.
Al-Gulaayiini (2005 : 9) bahkan menyebutnya sebagai Al-‘Uluum al-‘Arabiyyah yang meliputi 13 bidang antara lain sharf, I’rab/ Nahwu, Rasm (menulis kata-kata), Ma’ani, Bayan, Badi’, ‘Arudl, Qawafi, Qardlu asy-Syi’r, Insya, Khithabah, Tarikh al-Adab, dan Matn al-Lugah.
Tentu saja keluasan bidang bahasa Arab masih dapat diperdebatkan mengingat sejarah panjang bahasa Arab dan bagaimana para ahli memberi andil dalam menyebarkan bahasa Arab ke seluruh penjuru bumi. Tulisan ini tentu saja tidak dimaksudkan untuk membincangkan hal-hal yang luas tersebut. Hanya saja sebagai pengajar bahasa Arab kita diharuskan untuk cermat memilih sub bidang apa saja yang harus dikuasai pembelajar dan pada gilirannya juga menjadi fokus kajian mereka. Pada akhirnya, struktur kurikulum bahasa Arab di sebuah perguruan tinggi dapat mengindikasikan sejauh mana fokus dan perhatian mahasiswa ditujukan.
Tema Kebahasaan Vs Kependidikan
Satu hal menarik yang meminta perhatian penulis terkait area kajian PBA adalah tema yang diangkat mahasiswa dalam penelitian mereka. Dalam hal ini penulis mengartikan istilah “kebahasaan” dalam arti terbatas yakni segala tema yang terkait dengan bahasa Arab terutama aspek kemahiran, kebahasaan (linguistik), serta paralinguistik. Adapun istilah “kependidikan” juga dalam arti terbatas pada tema yang memuat aspek pembelajaran bahasa Arab.
Namun demikian pada tataran pelaksanaan sulit untuk memisahkan kedua kategori di atas karena pada dasarnya keduanya sangat erat. Hal penting yang mesti mendapat perhatian adalah adanya beberapa mahasiswa yang mengambil tema yang masih dalam area kajian PBA tetapi dihadapkan pada sulitnya referensi berbahasa Arab yang tersedia. Dalam kasus ini saya memberi istilah terlalu beraroma “kependidikan” yang berakibat mau tidak mau mahasiswa harus menerjemahkan semua referensi, mayoritas berbahasa Indonesia dan Inggris, ke dalam bahasa Arab. Pengalaman membimbing mahasiswa yang mengambil tema seperti ini menunjukkan perlu waktu ekstra lebih dari 1 atau 2 semester. Bahkan dalam kasus tertentu melebihi batasan 4 semester.
Jika ditelisik secara cermat, sebenarnya tidak ada masalah dengan area kajian yang diambil karena masih masuk dalam area kajian PBA. Hanya saja, ketersedian referensi dan kemampuan akademik mahasiswa terutama dalam menerjemahkan referensi tersebut ke dalam Arab patut menjadi bahan pertimbangan. Ada baiknya pada tahapan penentuan judul atau tema dinyatakan pula ketersedian sumber bacaan yang relevan. Keberadaan tahapan seminar proposal juga dapat dijadikan langkah untuk mengetahui secara seksama ketersediaan sumber acuan dan kapasitas menerjemah mahasiswa.

Kebijakan Penentuan Area Kajian PBA
Bagian ini dimaksudkan sebagai usulan penulis terkait penentuan area kajian PBA. Sejauh ini, ada kesulitan dalam menentukan area kajian PBA. Hal ini bisa dimengerti karena luasnya area kajian tersebut. Namun demikian diperlukan pemetaan kebutuhan mahasiswa yang sesuai dengan profil lulusan PBA yang diharapkan.
Jika mahasiswa diberikan batasan area kajian mana yang bisa diteliti dan mana yang tidak bisa, maka ada baiknya diberikan pemahaman dan argumentasi mengapa aspek tertentu boleh dan mengapa yang lainnya tidak boleh. Misalkan terkait ketersedian sumber bacaan atau referensi menjadi salah satu sebab tema tertentu bisa diteliti. Namun demikian sepanjang mahasiswa mampu memberikan argumentasi yang kuat maka tema apapun sepanjang masih dalam area kajian PBA dapat diterima. Apalagi jika mengingat aspek kebaruan informasi bisa jadi mahasiswa memiliki akses yang jauh lebih luas dari dosen pembimbing sekalipun.
Dalam beberapa kasus, penentuan area kajian bisa dibatasi pada tema-tema yang belum mendapat perhatian dan dirasakan nilai kebutuhannya untuk segera diteliti. Hal ini sangat logis mengingat pada beberapa kondisi, seringkali fenomena kebahasaan tertentu luput dari perhatian. Baru pada saat ada kejadian atau kondisi yang tiba-tiba menyita perhatian. Contoh kasus tersebut misalnya, pembelajaran bahasa Arab untuk tenaga kerja Indonesia. Banyak penelitian atau pun buku tentang area kajian tersebut setelah tenaga kerja kita di Timur Tengah menjadi sorotan media.
Pada beberapa kajian tingkat lanjut (biasanya pada program pasca sarjana) area kajian seperti ini dibuat dalam bentuk klaster dan dikelompokkan menjadi beberapa klaster. Penelitian dilakukan secara kelompok dan laporan disusun secara individu dengan fokus pada sub aspek klaster tersebut. Hal ini dapat memudahkan mahasiswa karena dilakukan bersama-sama dan meringankan tugas pengumpulan data-data tertentu.
Informasi terkait area kajian PBA ada baiknya diberikan sejak awal mahasiswa menjejakkan kaki untuk studi di program studi tersebut. Hal ini penting mengingat penulisan tugas akhir merupakan bagian dari rangkaian proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Jika hal tersebut diberi perhatian maka mahasiswa sedari awal telah memiliki kerangka dan fokus dalam studi mereka.
Penutup
Pengetahuan mengenai area kajian merupakan salah satu kunci sukses mahasiswa PBA dalam menyelesaikan studi. Hal ini mengingat area kajian menjadi patokan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dan dapat mendorong mereka untuk fokus pada salah satu area kajian di mana mereka ingin menjadi spesialis di bidang tersebut. Area kajian tidak merupakan hal statis karena pada dasarnya ia mengikuti perkembangan dan kebutuhan yang ada di lapangan. Terlebih lagi bidang Pembelajaran Bahasa Arab adalah salah satu ilmu terapan (Applied Linguistic).
Sumber Bacaan
Ainin, Moh., Metodologi Penelitian Bahasa Arab, Malang: Hilal Pustaka, cetakan 2, 2010
Al-Kasbani, Muhammad As-Sayyid Ali, Al-Bahts Al-‘Ilmiy Baina An-Nadzariyyah wa At-Tathbiq, Al-Qahira: Dar al-Fikr al-‘Arabiy, 2012
Musthafa al-Ghulayiini, Jami’u ad-Durus al-Arabiyyah, al-Maktabah al-‘Ashriyyah, Beirut, 2005



Tidak ada komentar:

Posting Komentar