PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB UNTUK TUJUAN AKADEMIK (PBATA): SEBUAH UPAYA PENGARUSUTAMAAN
OLEH : FUAD
MUNAJAT
Pendahuluan
Istilah pembelajaran bahasa Arab
untuk tujuan akademik (PBATA) merupakan nomenklatur baru dalam pembelajaran
bahasa Arab. Dalam khazanah pembelajaran bahasa Inggris telah muncul terlebih
dahulu istilah English for Academic Purpose (EAP) dan belakangan juga
muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Tatanama ini mengacu pada
pembelajaran bahasa asing, baik Arab maupun Inggris, untuk tujuan-tujuan
akademik. Isu PBATA (lazim disebut AAP, Arabic for Academic Purpose) dapat
dimunculkan sebagai alternatif orientasi pembelajaran bahasa Arab di Indonesia
terutama pada level lanjutan (advance/marhalah mutaqaddimah). Hal ini mengingat
hingga saat ini masih ada ketidakfokusan tujuan pembelajaran bahasa Arab pada
level lanjut atau pada jenjang perguruan tinggi.
Jika pada level dasar dan menengah
(marhalah mubtadiah dan mutawassithah) pembelajaran bahasa Arab
diorientasikan untuk tujuan yang sangat luas sebagaimana tergambar pada
peraturan Mentri Agama nomor 2 tahun 2008, maka dapat dikatakan bahwa tujuan
tersebut dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai pembelajaran bahasa Arab
untuk kehidupan (Al-Arabiyyah li al-Hayat). Di sisi lain, PBATA
merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Arab untuk Tujuan Khusus (PBATK)(Al-Arabiyyah
Li Agradlin Khashshah) yang fokus pada materi akademis atau yang dihadapi
siswa/mahasiswa saat pembelajaran.
Tulisan ini secara singkat memotret
PBATA dan kemungkinan pelaksanaannya pada level mutaqaddim di perguruan
tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif penentuan orientasi
pembelajaran bahasa Arab terlebih adanya kenyataan bahwa ragam bahasa Arab fusha
yang selama ini diajarkan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia pada
akhirnya lebih difungsikan pada pemahaman literatur keislaman. Apalagi jika
dilihat kajian keislaman pada tingkat lanjut diselenggarakan oleh
universitas-universitas di Timur Tengah dan universitas Islam terkemuka di luar
Timur Tengah dengan menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar perkuliahan. Di
sinilah letak urgensi pengarusutamaan PBATA, yakni sebagai upaya inisiasi dan berkelanjutan
untuk pembelajaran pada tingkat perguruan tinggi. Perlu upaya berkelanjutan
dilakukan oleh berbagai pihak terkait dan para pegiat bahasa Arab untuk
menyiapkan desain pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan akademik dan tulisan
ini diharapkan dapat menjadi embrio bagi kajian-kajian sejenis pada masa yang
akan datang.
Orientasi Pembelajaran Bahasa Arab
Menurut Chatibul Umam dkk., (1975 :
118-121), tujuan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia antara lain untuk memahami
Alquran, hadits, kitab-kitab/ buku-buku lainnya yang berbahasa Arab, agama dan
kebudayaan Islam, sebagai alat komunikasi, sebagai alat pembantu keahlian (supplementary),
untuk membina ahli bahasa Arab, dan sebagai alat pembantu teknik (vocational).
Selain itu, HD Hidayat (2001) menyebut bahwa pada dasarnya pengajaran bahasa
Arab diorientasikan pada empat hal (1)
berorientasi pada tujuan PTKI, (2) berorientasi pada karakteristik bahasa Arab,
(3) berorientasi pada peserta didik, dan (4) berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa. Di samping itu disebutkan dalam peraturan Menteri Agama
(Permenag) Nomor 2 tahun 2008 bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab sebagai
berikut: (a) Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang
mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’), berbicara (kalam),
membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah),
(b) Menumbuhkan kesadaran tentang
pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama
belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam,
(c) Mengembangkan pemahaman tentang
saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya.
Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan
melibatkan diri dalam keragaman budaya.
Dengan demikian
orientasi pembelajaran bahasa Arab tidak dapat ditentukan oleh faktor tunggal.
Banyak hal terkait penentuan tujuan pembelajaran bahasa. Dewasa ini, seringkali
kita gagal menentukan tujuan pembelajaran bahasa Arab karena hanya melihat
sebatas satu atau beberapa faktor yang menentukan. Berdasarkan uraian di atas
tampak pula irisan antara bahasa Arab dengan bidang-bidang lain seperti
Psikologi (terkait peserta didik), Sosiologi (terkait konteks bahasa dan
variasi bahasa), serta ilmu pendidikan dan metodologi pendidikan sebagai
bidang-bidang yang harus dipertimbangkan terkait dengan desain kurikulum
sebagai pengejawantahan dari tujuan yang diinginkan.
Pembelajaran Bahasa Arab untuk Tujuan
Akademik (PBATA)
Sebagaimana
dijabarkan sekilas pada bagian pendahuluan, PBATA sebenarnya merupakan bagian
dari Pembelajaran Bahasa Arab untuk Tujuan Khusus (PBATK) sebagai konsep yang
berdiri diametral dengan Pembelajaran Bahasa Arab untuk Tujuan Umum/Kehidupan
(PBATU)(Al-‘Arabiyyah Li Al-Hayat). Thu’aimah, seraya menyepadankan PBATA
dengan EAP, mendefinisikan PBATA sebagai pembelajaran bahasa Arab yang terkait
dengan tujuan-tujuan akademis (Thu’aimah, 2006: 225). Lebih jauh ia menjelaskan
perbedaan antara PBATA dengan pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan edukasi
(PBATE) di mana pada program pertama dicontohkan dengan “Program Pembelajaran
Bahasa Arab bagi mahasiswa Pasca Sarjana di berbagai jurusan Kajian Ketimuran
di Universitas-universitas Inggris, Amerika, Rusia, Cina, dan Jepang”. Adapun
program PBATE dicontohkan dengan “Program Pembelajaran Bahasa Arab bagi
Delegasi Asing yang tinggal di Komplek Bu’ust Universitas Al-Azhar Kairo”
(Thu’aimah, 2006: 225).
Tampak perbedaan terletak pada dua tahapan
yang ada pada PBATE di mana pada tahap pertama diajarkan PBATU (Al-‘Arabiyyah
Li Al-Hayat) yang ditujukan agar para peserta mampu menguasai dasar-dasar bahasa
Arab. Selanjutnya pada tahap kedua diajarkan bahasa Arab khusus sesuai bidang
kajian yang akan diambil mahasiswa seperti bidang Ushuluddin, Bahasa Arab,
Quran Hadits, dan lain sebagainya. Sedangkan pada PBATA program pembelajaran
bahasa Arab diselenggarakan bagi mahasiswa asing di berbagai jurusan Ketimuran.
Dalam hal ini penulis agak berbeda pendapat dengan Thu’aimah yang membedakan
antara PBATE dan PBATA karena pada dasarnya tidak ada perbedaan signifikan di
antara keduanya kecuali pada tempat studinya. Pada PBATE pembelajaran
dilaksanakan di negara masing-masing pembelajar sedangkan pada PBATA
diselenggarakan di Negara-negara Arab. Dengan demikian bagi penulis, istilah PBATA
lebih sederhana dan mudah untuk dipahami dan pada tulisan ini keduanya
diasumsikan sebagai hal yang sama.
Dengan kata lain, PBATA dapat diartikan
sebagai pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan akademis yakni bagi mereka yang
mempelajari bahasa Arab baik di dalam negeri maupun di negara-negara Timur
Tengah. Konsep ini mencakup kajian bahasa Arab di level lanjut (advance) dan
sama sekali tidak cocok untuk level dasar dan menengah. Wajar bila pada kedua
contoh di atas terdapat keterangan mengenai ragam bahasa Arab bagi para
spesialis (mutakhashshishun). Kata ‘spesialis’ juga tidak terbatas pada
spesialis bahasa Arab dan berkonotasi pada spesialis di setiap bidang yang
digeluti seseorang.
PBATA di Perguruan Tinggi
Meski pelevelan pembelajaran bahasa tidak
segaris lurus dengan jenjang pendidikan tetapi pada kenyataannya level lanjut (marhalah
mutaqaddimah) hampir selalu terdapat di jenjang perguruan tinggi, bahkan
lebih spesifik lagi di jenjang pasca sarjana. Namun demikian pada strata 1 (S1)
bisa jadi sudah banyak mahasiswa yang memiliki kompetensi pada level lanjut
ini. Jika diasumsikan setiap mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)
mendapat mata kuliah bahasa Arab sebagai mata kuliah wajib maka peluang
pelaksanaan PBATA semakin besar. Sayangnya keragaman input mahasiswa masih
menjadi kendala utama pelaksanaan PBATA di PTKI.
Beberapa terobosan model pembelajaran bahasa
Arab pernah dilakukan. Misalnya pembentukan Kelas Khusus berbahasa Arab di UIN
Jakarta pada 1997 dengan menjadikan Jurusan Bahasa Sastra Arab, Perbandingan
Mazhab, dan Tafsir Hadits sebagai pilot project. Dalam hal ini,
mahasiswa ketiga jurusan tersebut diberikan kuliah dengan pengantar bahasa
Arab. Tidak hanya sebagai bahasa pengantar kuliah, semua tugas, presentasi
makalah, dan tanya jawab dilakukan dengan bahasa Arab. Semua aktifitas tersebut
telah membuat lingkungan bahasa Arab
yang sangat baik dan memacu semangat mahasiswa dalam menguasai bidang kajian
masing-masing. Namun demikian, kelas khusus tersebut perlahan tetapi pasti
mulai kehilangan gemanya seiring dengan berakhirnya proyek beasiswa tersebut.
Pada awal tahun 2000 dibuka Fakultas Dirasah
Islamiyyah dengan kerjasama antara UIN Jakarta dan Universitas Al-Azhar Mesir.
Meskipun saat ini kerjasama tersebut tidak seintens pada saat didirikan tetapi
keberadaan FDI memberikan secercah harapan pengembangan model PBATA menjadi
lebih terarah. Banyak di antara alumni program tersebut yang melanjutkan ke
berbagai universitas di timur Tengah bahkan beberapa di antara mereka meretas
asa belajar di benua Biru, Eropa.
Model lainnya adalah sebagaimana yang
dikembangkan UIN Malang dengan Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab (PKPBA)
yang memiliki motto “Pembelajaran Bahasa
Arab yang Menggembirakan dan Membiasakan” mereka mampu menghasilkan mahasiswa
yang dapat menulis skripsi dengan bahasa Arab meskipun berlatarbelakang bukan
dari jurusan bahasa Arab, seperti jurusan teknik informatika, ekonomi,
psikologi dan lain sebagainya.
Kekhususan PKPBA dapat dilihat dari manajemen
penyelenggaraan program bahasa Arab yang sangat intensif dengan jumlah SKS yang
sangat besar ditambah alokasi anggaran yang cukup besar. Menurut Miftahul Huda,
perkulihan di PKPBA diselenggarakan 3 jam tatap muka (JTM)/hari selama 5 hari
efektif dengan perincian setiap JTM 100 menit sehingga total pertemuan
perminggu 15 JTM atau setara dengan 1500 menit. Jika disetarakan dengan bobot
SKS maka total SKS PKPBA setara dengan 40 SKS perkuliahan reguler. Belum lagi
dukungan lingkungan berbahasa yang diselenggarakan dengan penempatan para
mahasiswa di asrama selama mengikuti program PKPBA semakin membuat program
tersebut menjadi model pembelajaran bahasa Arab yang cukup ideal.
Dalam perjalannya, PKPBA juga berhasil merilis
7 jilid buku bahasa Arab untuk tiap fakultas yang berbeda dan diberi nama Al-‘Arabiyyah
Li Agradlin Khashshah (Arabic for Special Purpose) yang digunakan
mahasiswa pada semester dua (Makhi Ulil Kirom, 2013). Hal ini menandakan betapa
PKPBA mendesain pembelajaran bahasa Arab dengan sangat serius dan menghasilkan
lulusan yang mumpuni dalam penguasaan bahasa Arab dengan keempat maharahnya.
Penutup
Sudah tiba saatnya Pembelajaran bahasa Arab
untuk tujuan akademik (PBATA) mendapat perhatian serius dari semua kalangan dan
pegiat bahasa Arab. Hal ini mengingat kebutuhan pembelajaran bahasa Arab yang
dirasakan semakin besar belum dibarengi dengan kreatifitas pengajar dan
pengelola program pendidikan dalam melaksanakan pembelajaran. Berbagai model
baik UIN Jakarta, UIN Malang dan lembaga-lembaga lain telah memulai upaya untuk
memajukan pembelajaran bahasa Arab. keterlibatan pemerintah juga diharapkan
lebih besar terutama dalam pengalokasian dana karena upaya tersebut membutuhkan
sarana dan prasarana yang cukup besar.
Pada akhirnya, PBATA merupakan jawaban tentang
model pembelajaran bahasa Arab PTKI, dan bisa juga lembaga lainnya, di
tengah-tengah kegamangan penentuan orientasi pembelajaran bahasa Arab di
Indonesia. Orientasi yang sejak lama berkutat dan belum beranjak dari sebatas
“motif keagamaan”.
Daftar Pustaka
H.D. Hidayat,
“Visi, Misi, dan orientasi Pengajaran Bahasa Arab di IAIN,” dalam Didaktika
Keislaman, Vol. 3, No. 6, Mei 2001
Makhi Ulil
Kirom, “PKPBA UIN Malang Jadikan Bahasa Arab Mendunia”, https://majalahpendidikanpena.wordpress.com/2014/01/13/pkpba-uin-maulana-malik-ibrahim-malang-jadikan-bahasa-arab-mendunia,
diunduh pada 23-09-2013
Miftahul Huda,
“Pengembangan Kurikulum Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab Berparadigma
Fakultatif”, http://download.portalgaruda.org/art
Thu’aimah, Rusydi
Ahmad dan Mahmud Kamil An-Naqah, Ta’lim Al-Lugah Al-‘Arabiyyah Ittishaliyyan: Baina
Al-Manahij wa Al-Istiratijiyyat, ISESCO, 2006
Umam,
Chatibul, Ahmad Basyar, Muchtar Latif, A. Akrom Malibary, HM. Salim Fachri, Pedoman
Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Jakarta: Proyek
Pengembangan Sistim Pendidikan Agama Departemen Agama RI, [1975]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar