WAJAH PENDEKATAN BEHAVIORISME
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Oleh : Fuad Munajat
Pengantar
Tanpa disadari, dalam proses belajar mengajar bahasa Arab, seorang
guru melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran berdasarkan pendekatan
tertentu. Pendekatan dimaksud berupa asumsi-asumsi dasar yang diyakini
kebenarannya dapat mengantarkan peserta didik menuju kesuksesan dalam belajar.
Dalam kenyataan, para ahli psikologi pendidikan telah menyepakati peran penting
faktor eksternal maupun internal dalam keberhasilan belajar siswa. Namun
demikian terdapat penekanan berbeda di antara mereka terkait faktor mana yang
lebih dominan. Di antara mereka ada yang menyatakan bahwa faktor eksternal
seperti lingkungan, guru, buku ajar, metode pembelajaran yang menjadi penentu
keberhasilan. Hal ini didasarkan pandangan utama mereka bahwa hal-hal
tersebutlah yang menjadi stimulus dalam proses belajar siswa. Pada sisi lain,
para ahli menyatakan bahwa faktor siswalah yang
berperan aktif dalam mewujudkan keberhasilan belajarnya.
Hal ini terkait motivasi, minat, dan kesiapan belajar
yang dimiliki siswa.
Tulisan ini menyoroti salah satu pendekatan paling lazim yang
digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab yakni pendekatan behaviorisme yang
namanya mulai redup terhempas pendekatan kognitivisme tetapi masih menjadi
“primadona” bagi penerapan pembelajaran bahasa Arab di seluruh dunia. Pada
bagian berikutnya akan disampaikan beberapa hal terkait pendekatan behaviorisme
mulai sejarah pertumbuhannya, pandangan-pandangan utamanya, dan implementasinya
dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya di Indonesia.
Awal
mula pendekatan behaviorisme
Pendekatan behaviorisme lebih sering
dikaitkan dengan aliran Psikologi yang menekankan pentingnya aspek perilaku
teramati. Awal kemunculannya ditandai dengan percobaan yang dilakukan Pavlop
terhadap perilaku hewan (anjing) yang diberi stimulus berupa makanan (stimulus
primer) dan sinar lampu atau bunyi bel (stimulus sekunder). Kedua stimulus
tersebut diberikan secara bersamaan pada anjing yang ditempatkan pada
kerangkeng. Dengan berjalannya waktu, sang anjing terkondisikan dengan sinar
lampu (stimulus) dan bereaksi sebagaimana jika stimulus primer diberikan.
Respons yang terlihat berupa keluarnya liur anjing bahkan jika stimulus primer
tidak diberikan.
Percobaan lain dilakukan Skinner yang
memodifikasi percobaan dengan memberikan aspek reinforcement (penguatan)
terhadap perilaku tikus yang mencoba (trial and error) menggerakan dua
tungkai yang masing-masing terhubung dengan bedak gatal dan keju. Tiap kali
sang tikus mengenai tungkai yang terhubung dengan bedak gatal, tikus bereaksi.
Demikian halnya ketika ia mengenai tungkai yang terkait dengan keju. Lama
kelamaan tikus mampu membedakan antara dua tungkai tersebut dan pada akhirnya
hanya mengenai tungkai pembawa keju.
Dua percobaan tersebut setidaknya menjadi
tonggak utama yang memberikan inspirasi bagi kaum behavioris dalam memandang
pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa. Berkolaborasi dengan para linguis
structural, seperti Ferdinand de Saussure, bapak Linguistik modern, dan
Bloomfield, begawan linguis Amerika menjadi pendukung utama aliran tersebut. Dengannya,
kaum behavioris mengembangkan pemikiran-pemikiran pembelajaran bahasa yang
sesuai dengan orientasi utama mereka bahwa factor eksternal menjadi penentu
utama dalam keberhasilan belajar siswa.
Pandangan utama kaum behavioris
Dalam perkembangannya, pendekatan
behavioristic menyentuh berbagai aspek pengetahuan, termasuk di dalamnya bidang
pendidikan. Abdul Majid Arabiy (1981 : 11) mengungkapkan bahwa pendekatan
behaviorisme menekankan Classical Conditioning dan pengenaan Law
Effect sebagai perhatian utama. Di samping itu, factor-faktor eksternal dan
penguasaan terhadap lingkungan pembelajaran sebagai sarana dalam mewujudkan
respons yang diinginkan. Berdasarkan percobaan-percobaan yang dilakukan, mereka
menggarisbawahi tahapan-tahapan pembelajaran dalam pendekatan behavioristic
antara lain:
1. trial and error
2. mengingat-ingat
3. menirukan
4. mengasosiasi
5. menganalogi (Pranowo, 2014 : 30)
Lebih jauh diungkapkan bahwa
pemajanan-pemajanan (drills) dan latihan menjadi bentuk kegiatan utama dalam pembelajaran
dengan pendekatan ini. Dalam istilah Abdul Majid disebutkan 3 serangkai yang
harus ada dalam pembelajaran behavioristic yakni pengulangan (الترديد), peniruan (المحاكاة),
dan penghafalan (الحفظ) yang
sekaligus menandai ciri utama pembelajaran berdasarkan pendekatan tersebut.
Tampak jelas bahwa perhatian kaum
behavioris sangat tertuju pada aspek formal bahasa dan sejalan dengan kaum
strukturalis karena bagi mereka hanya aspek formallah yang dapat diteliti
secara ilmiah. Adapun aspek konsep dan makna, menurut mereka, sulit diperlakukan
demikian karena tidak terindra dan tidak jelas. Bagi mereka pemahaman makna
bukan tidak penting tetapi tahapan ini dapat dicapai pembelajar manakala mereka
telah menguasai berbagai bentuk formal bahasa.
Dengan demikian kaum behavioris percaya
bahwa proses belajar didasarkan atas pemerolehan pengalaman-pengalaman dari
lingkungan yang melingkupi si pembelajar dan mereka tidak terlalu perhatian
terhadap aspek bawaan (innate) pembelajar, motivasi, minat, kesiapan, dan
kemampuannya. Mereka meletakkan seluruh beban keberhasilan pembelajar di pundak
guru.
Implementasi pendekatan behaviorisme dalam
pembelajaran bahasa Arab
Sebagaimana disebutkan pada bagian
pendahuluan bahwa pada dasarnya guru bahasa Arab, secara sadar ataupun tidak,
telah menerapkan pendekatan behaviorisme dalam proses pembelajaran bahasa Arab.
Hal ini dapat dilihat dalam praktik-praktik pembelajaran di ruang-ruang kelas.
Bahkan jika ditelusuri lebih jauh praktik demikian sesungguhnya berhulu pada
perencanaan pembelajaran bahasa Arab yang tercermin dalam perencanaan buku
ajarnya.
Di berbagai buku ajar bahasa Arab, terutama
pada jenis pendidikan formal, ditemukan jejak-jejak pendekatan behaviorisme.
Bahkan buku-buku pembelajaran bahasa Arab yang memiliki tingkat penyebaran
internasional tidak luput dari pendekatan behaviorisme. Dalam Al-Arabiyyah
baina Yadaika ditemukan ciri-ciri tersebut sebagai berikut:

Pada gambar di atas tampak prinsip
pengulangan (الترديد)
sebagaimana tampak pada subjudul perintah انظر واستمع وأعد
(lihat, simak, dan ulangilah!).
Di buku pembelajaran bahasa Arab yang
diterbitkan Kemenag untuk siswa kelas 7 MTs dicantumkan insert berikut ini:

Tampak jelas bahwa secara terang-terangan
perintah buku tersebut adalah menghafal (الحفظ).
Perintah ini diletakkan pada bagian awal pelajaran hal mana memberikan kesan
bahwa penghafalan kosakata adalah dasar dari penguasaan materi dan keterampilan
bahasa Arab yang lainnya.
Masih di buku yang sama juga ditemukan
prinsip lainnya yakni menirukan (المحاكاة).
Hal ini sebagaimana pada bagian hiwar berikut ini:

Peniruan semacam ini lazim digunakan
sebagai upaya internalisasi bahasa sehingga tertanam di dalam bawah sadar
siswa. Tidak jarang disebabkan sifat peniruan dan sekaligus penghafalan tanpa
dibarengi daya kritis maka yang timbul adalah otomatisasi jawaban siswa
manakala ditanya. Sebagai contoh, siswa yang ditanya كيف حالك؟
(Bagaimana kabarmu?), dengan spontan akan menjawab إني بخير والحمد لله
(saya dalam kondisi baik), meskipun kondisinya sedang sakit.
Penutup
Demikianlah uraian mengenai pendekatan
behaviorisme dalam pembelajaran bahasa Arab. Pendekatan behaviorisme sangat
kuat menancapkan pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa Arab tidak saja di
Indonesia tetapi juga di berbagai belahan dunia.
Sebagai kata akhir disampaikan beberapa
benang merah sebagai berikut. 1) Pendekatan behaviorisme merupakan pendekatan
yang lebih menaruh perhatian pada factor eksternal dalam pembelajaran bahasa
seperti buku, guru, metode dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pendekatan
tersebut tidak memprioritaskan factor si pembelajar seperti motivasi, minat,
dan kesiapannya. 2) secara prinsip, pendekatan behaviorisme diwujudkan dalam 3
serangkai pengulangan, peniruan , dan penghafalan.
Daftar Pustaka
Abd Rahman
bin Ibrahim al-Fauzan, Mukhtar at-Tahir Utsman, Muhammad Abd Kholiq Muhammad
Fadl, Al-Arabiyyah Baina Yadaika, Kitab at-Talib, al-Mujallad al-Awwal,
Riyadh : Al-Arabiyyah li al-Jami’, 1424 H
Pranowo, Teori
Belajar Bahasa: Untuk Guru Bahasa dan Mahasiswa urusan Bahasa, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2014.
Shalah Abdul
Majid al-Arabiy, Ta’allum al-Lugat al-Hayyat wa Ta’limuha: Bain
an-Nadzariyyah wa at-Tatbiq, Beirut : Maktabat Lubnan, 1981
Tidak ada komentar:
Posting Komentar