Selasa, 11 April 2017

INPUT BAHASA DALAM PEMBELAJARAN MAHARATUL KALAM



INPUT BAHASA DALAM PEMBELAJARAN MAHARATUL KALAM
OLEH : FUAD MUNAJAT

Mukadimah
Kajian-kajian mutakhir telah merilis hasil penelitian terkait pembelajaran bahasa bahwasanya seorang murid di beberapa negara menghabiskan waktu sebanyak 30 % untuk berbicara, 16 % untuk membaca, 9 %  untuk menulis dan 45 % untuk menyimak (Muhammad Atha, 1997: 305) . Jika ditilik secara seksama hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikatif dalam kaitan ini berbicara dan menyimak mewakili 75 % dari keseluruhan waktu belajar bahasa murid. Hal lain yang dapat disimpulkan dari hasil kajian di atas adalah komponen menyimak justru merupakan komponen terbesar yang menguras waktu siswa ketika belajar bahasa.
Komponen menyimak_di samping membaca_ dapat disejajarkan dengan input bahasa dalam proses pembelajaran bahasa baik pembelajaran bahasa ibu, bahasa kedua, maupun bahasa asing. Seorang anak kecil yang belum dapat bicara hingga usia tertentu dapat ditelusuri kemungkinan adanya gangguan dalam indra pendengarannya.  Tidak mengherankan bila muncul adagium “mustahil seseorang berbicara tanpa didahului penyimakan”. Dengan demikian hubungan antara menyimak dengan berbicara dapat disamakan dengan hubungan antara input bahasa dan outputnya.
Proses komunikasi juga menunjukkan kenyataan bahwa dalam berdialog seseorang dapat berperan sebagai pembicara pada suatu waktu dan pada saat lain dia berperan sebagai penyimak. Dalam hal ini berlaku rotasi peran dari pembicara ke penyimak dalam hitungan detik. Dengan demikian seseorang dalam situasi dialog dapat berperan baik pembicara maupun penyimak pada saat yang bersamaan. Hal ini bila dilihat dari sudut pandang pembelajaran akan membawa implikasi signifikan terkait pembelajaran salah satu komponen. Sebagai contoh, dalam pembelajaran berbicara bahasa Arab (Maharotul Kalam) peran materi simakan menjadi penting karena hal tersebut merupakan input bahasa bagi siswa.
Tulisan ini ditujukan untuk mengeksplorasi peran input bahasa dalam pembelajaran berbicara bahasa Arab. Dalam hal ini diketengahkan dua tipe utama input bahasa yang telah digunakan dalam pembelajaran bahasa.
Input Bahasa Arab
Fokus tulisan ini adalah peran input bahasa dalam pembelajaran bahasa Arab. Input dalam pembelajaran bahasa diartikan sebagai “language which a learner hears or receives and from which he or she can learn” dan sebagai lawannya dikenal istilah output “the language a learner produces” (Richards dan Schmidt, 2002: 261). Dengan kalimat lain input bahasa adalah bahasa yang didengar atau diterima seorang pembelajar yang darinya dia dapat belajar (bahasa). Sedangkan output diartikan sebagai bahasa yang diproduksi oleh pembelajar.
Input bahasa dapat dikategorikan lebih jauh menjadi dua, input bahasa otentik dan input bahasa buatan (non-otentik). Input bahasa otentik dalam pembelajaran mewujud pada bahan otentik/materi otentik. Sebuah bahan pembelajaran yang diambil dari kehidupan nyata yang pada mulanya tidak dimaksudkan untuk pembelajaran bahasa (Peacock, 1997: 146). Adapun bahan buatan dapat diartikan sebagai bahan pembelajaran yang sedari awal disusun, dibuat, atau dikreasi sebagai sarana penyampaian materi pembelajaran. Omaggio (1986: 128) lebih jauh mengkategorisasi bahan ajar menjadi unmodified authentic discourse dan simulated authentic discourse bagi input bahasa otentik di samping created materials sebagai konsep sebaliknya.
Bila ditilik lebih jauh dapat dikatakan semua bahan pelajaran bahasa yang beredar di lembaga pendidikan merupakan kategori kedua atau bahan buatan yang sengaja dikreasi untuk tujuan pembelajaran bahasa. Hal ini bisa dimaklumi mengingat bahan jenis ini dapat memenuhi sedikit banyak harapan pengajar dan pembelajar bahasa terutama dalam pembelajaran bahasa asing termasuk bahasa Arab di Indonesia.
Beberapa buku bahasa Arab yang kerap digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab di Indonesia seperti Al-‘Arabiyyah Baina Yadaika karangan Abdurrahman Bin Ibrahim al-Fauzan dkk (Cet. 3, 2007) dan Al-Arabiyyah Li an-Nasyiin karangan Mahmud Ismail Shini dkk (Cet. 1, 1983) merupakan buku-buku pembelajaran bahasa Arab bagi non-Arab yang didasarkan pada konsep input bahasa berupa Created Materials, bahan non-otentik. Jika diperhatikan lebih jauh aspek komunikatif bahasa (Istima dan Kalam) disusun berdasarkan prakiraan tema-tema yang banyak ditemukan siswa pada latar sebenarnya. Namun demikian penyajian bahannya masih menekankan bahan non-otentik dibuktikan dengan sistematisasi yang disusun berdasarkan kebutuhan gradasi pembelajaran siswa non-Arab.
Tidak pelak siswa atau pembelajar bahasa Arab yang telah menggunakan kedua buku tersebut tanpa ditopang dengan prasyarat pembelajarannya kerap merasakan kesulitan berkomunikasi bahasa Arab atau sekedar memahami ungkapan bahasa Arab yang mereka temui dalam kondisi real atau senyatanya. Mereka tetap tidak dapat memahami ungkapan penutur asli, siaran berita, film, atau ungkapan-ungkapan lain yang muncul dalam komunikasi keseharian. Tentu saja banyak faktor dapat dirunut untuk menelusuri sebab langsung ketidakmampuan tersebut. Salah satunya tentu saja aspek input bahasa yang minim diberikan dalam seting alamiah.
Antara Input Bahasa  dan Maharotul Kalam
Jika pada bagian sebelum ini dipaparkan secara singkat mengenai input bahasa maka pada bagian ini disorot kaitan antara input bahasa dengan maharotul kalam. Maharotul Kalam atau keterampilan berbicara merupakan keterampilan bahasa yang paling menonjol dan dapat dilihat penampilannya dalam keseluruhan aspek komunikasi bahasa. Seseorang akan dianggap menguasai bahasa tertentu jika ia mampu berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain dengan bahasa target.
Pada dasarnya maharotul kalam dapat dikategorisasi menjadi dua yakni pronounsiasi (an-Nuthqu) dan ekspresi (al-hadits/at-ta’bir) (Al-Arabi, 1981: 138). Pronounsiasi diartikan sebagai pelafalan bunyi bahasa Arab dari satuan terkecil berupa fonem hingga kata-kata dalam rangkaian kalimat. Adapun ekspresi merupakan tujuan akhir dari keterampilan kalam. Fakhrurrozi dan Mahyudin (2012: 329) menyebut ada tiga kemampuan dasar maharotul kalam 1) kemampuan untuk membunyikan bunyi-bunyi bahasa Arab dengan tepat, 2) kemampuan bercakap-cakap, 3) kemampuan berbicara utuk mengungkapkan ide atau pemikiran secara lisan.
Ketiga kemampuan dasar maharotul kalam tersebut hanya dapat diperoleh atau diakuisisi pembelajar jika mendapat input bahasa yang baik. Dalam hal ini ketepatan bunyi bahasa hanya dapat diperoleh jika siswa menyimak bunyi bahasa Arab yang benar. Hal ini sebenarnya telah diantisipasi penyusun buku-buku pembelajaran bahasa Arab bagi non-Arab dengan menyediakan rekaman baik berupa kaset, CD, atau alat audio, audio-visual sebagai suplemen dari buku induk yang mereka susun.
Buku Al-‘Arabiyyah Baina Yadaika dan Al-Arabiyyah Li an-Nasyiin masing-masing dilengkapi dengan kaset dan CD yang dapat memberi panduan dan contoh bagaimana penutur Arab mengucapkan bunyi bahasa Arab. Namun demikian kedua buku tersebut dilihat dari cakupan bahasannya dapat dinilai sebagai buku yang ‘memuat segala’ sehingga tidak memokuskan perhatian pada maharotul kalam dan maharotul istima’. Terlebih jika dilihat dari kategori jenis input bahasa maka dapat dipastikan seluruh materinya merupakan input bahasa buatan (created materials) yang seringkali belum berterima dengan kebutuhan nyata siswa dalam komunikasi senyatanya.
Ada satu buku yang cukup mengakomodasi input otentik di dalamnya yakni buku Fahmul Masmuu’ yang memuat penyajian siaran berita (al-Akhbaar)(Abdul Aziz & Sulaiman, 1988: 135). Namun demikian perhatian terhadap jenis input bahasa otentik tersebut belum begitu mendapat tempat dalam keseluruhan buku-buku pembelajaran bahasa Arab di Indonesia.
Perbedaan jenis input bahasa ini pada gilirannya berimplikasi pada performa pembelajar terutama dalam berkomunikasi. Masih sering dijumpai pembelajar mengucapkan kalimat-kalimat yang sepertinya diucapkan secara otomatis akibat pemajanan kata-kata atau kalimat tanpa memiliki alternatif ungkapan yang sebenarnya lebih tepat. Sebagai contoh, jika pembelajar ditanya “Kaifa haaluka?” Mereka cenderung menjawab dengan spontan “Innii bi khoir wal hamdulillah” bagaimana pun kondisi mereka baik mereka dalam kondisi sehat atau pun dalam kondisi sedang sakit.
Contoh lain adalah dalam menjawab mitra tutur yang menyatakan terima kasih “syukran”, mereka cenderung memiliki satu jawaban yakni ‘afwan’. Padahal dalam kenyataan orang Arab dapat menjawab dengan beberapa ungkapan antara lain dengan kata syukranlagi, atau dengan ungkapan “la syukra ‘ala wajib”.
Dalam membuka pembicaraan atau menyapa, para siswa cenderung berputar-putar pada ungkapan salam, “ahlan wa sahlan”, “kaifa haluka” dan ungkapan-ungkapan yang biasa didrill-kan kepada mereka. Dalam situasi nyata sering dijumpai ungkapan semakna dalam bentuk “As’adallahu wa saddada khuthakum[1], atau ketika menyapa di pagi hari tidak menggunakan ungkapan klise “shabahul khair” tetapi “as’adallahu shabahakum[2].
Cara Mengatasi Problematika Minimnya Input Bahasa Otentik
Beberapa buku terbitan terbaru sudah mulai mempedulikan aspek-aspek otentik bahasa dengan memasukkan aspek budaya bahkan dialek Arab (Amiyah). Namun demikian agaknya penerbitan buku-buku seperti ini belum dilengkapi suplemen audio yang memuat input bahasa otentik.
Kekurangan ini dapat dipenuhi dengan penyajian input otentik yang dapat diperoleh melalui situs-situs internet yang saat ini sangat mudah didapat. Misalkan melalui situs you tube para guru atau pengajar dapat mengunduhnya dengan relatif mudah karena kapasitas file-nya kecil dan mudah diakses. Di antara tautan (link) belajar bahasa Arab (fusha) yang dapat diunduh antara lain kajian-kajian kebahasaan Ahmad al-‘Asyri al-Jamal, Ahmad Mansur, Abdullah Ridla al-Sayyid, dan Syaik Ali Shalih. Anda dapat mengetik nama-nama tersebut setelah masuk halaman you tube video.
Cara lain dapat ditempuh dengan merekam siaran kanal TV Timur Tengah dengan menggunakan receiver parabola HD yang mudah dijumpai dengan harga terjangkau. Atau dengan menggunakan situs-situs non-Youtube yang banyak menyediakan pembelajaran bahasa Arab dan rekaman tuturan bahasa Arab. Terlebih siaran-siaran TV Timur Tengah juga dapat dilihat secara real-time melalui live streaming di masing-masing situs resmi TV tersebut. Sebagai contoh, jika anda ingin menonton siaran TV Al-Jazeera Arabic anda dapat mengetik alamat www.aljazeera.net. Dengan kalimat lain sinyalemen Saefullah Kamalie (2008: 381) bahwa “kullu syai’in majjanan fi syabakat al-internet”, semua gratis di internet, menjadi hal yang patut dipertimbangkan.
Kesimpulan
Input bahasa memainkan peran penting dalam menyediakan bahan utama siswa dalam berkomunikasi. Input bahasa secara sederhana dapat dikategorisasi menjadi dua yakni input bahasa otentik dan input bahasa buatan. Sebagian besar bahan ajar bahasa Arab di Indonesia masih menggunakan input bahasa buatan dalam menyajikan bahan ajar. Hal ini pada gilirannya berdampak pada terjadinya jarak antara bahasa target yang diajarkan dengan kondisi real bahasa yang digunakan penutur asli.
Penyajian input bahasa otentik dapat memberi manfaat bagi siswa terutama dalam meningkatkan motivasi belajar bahasa asing. Hal ini karena mereka langsung berhadapan dengan input yang asli, input yang juga dihadapi penutur asli dalam kehidupan keseharian mereka. Dengan input bahasa otentik_yang penyajiannya dapat diatur sedemikian rupa oleh pengajar bahasa Arab_siswa dibawa ke tengah-tengah penutur asli bahasa target tanpa harus meninggalkan ruang kelas mereka. Pengoptimalisasian penggunaan laboratorium bahasa dan perbanyakan kelas-kelas multi media dapat menjadi satu cara efektif dalam pengarusutamaan penyajian input bahan otentik. Dengan cara demikian maka maharotul kalam dengan sendirinya dapat ditingkatkan karena input yang diperoleh siswa semakin banyak dan bervariasi.

Referensi
Abdul Aziz, Nashif Mushtafa, Mushtafa Ahmad Sulaiman, Tadribat Fahmi al-Masmu’ Li Ghair an-Nathiqina bi al-Arabiyyah, Ar-Riyadl: Imadat Syuuni al-Maktabat-Jamiat al-Malik Saud, 1988
Al-Arabi, Abdul Majid Shalah, Ta’allum al-Lughaat al-Hayyah wa Ta’liimuhaa: Baina an-Nadzariyya wa at-Tathbiiq, Beirut: Maktabat Lubnan, 1981
Fakhrurrozi, Aziz, Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama, 2002
Al-Fauzan, Abdurrahman Ibrahim, Mukhtar ath-Thahir Husain, Muhammad Abdul Khaliq Muhammad Fadl, Al-Arabiyyah Baina Yadaik : Kitab ath-Thalib 1 Silsilat fi Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li Ghairi an-Nathiqin Bi Ha, Ar-Riyadl: Al-Maktab ar-Rais al-Arabiyyah Li al-Jami’, ath-Thab’ah 3, 2007
Kamalie, Saefullah, “Kullu Syai Majjaanan: Maadzaa Nastafiid min al-Mawaaqi’ al-‘Arabiyyah fi Syabakat al-Internet”, dalam Prosiding Seminar Internasional Al-Lughah al-Arabiyyah wa al-‘Aulamah Wajhan Li Wajhin, Jilid 1, Kerjasama antara Universitas Negeri Malang dengan IMLA (Ed. Imam Asrari, Ahmad Fuad Efendy, Nurul Murtadlo), 2008
Muhammad ‘Atha, Ibrahim, Thuruq Tadris al-Lughah al-‘Arabiyyah wa at-Tarbiyah ad-Diniyyah, Jilid 1, Cet. Ketiga, al-Qahira: Maktaba an-Nahdla al-Mishriyyah, 1996
Omaggio, Alice C., Teaching Language in Context: Proficiency-Oriented Instruction, Heinle & Heinle Publishers, Inc., Boston, Massachusetts, USA, 1986
Peacock, Matthew, “The Effect of Authentic Materials on The Motivation of EFL Learners”, ELT Journal, Vol. 51, No. 2, Oxford University Press, 1997
Richards, Jack C. and Richard Schmidt, Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics, Third Edition, Pearson Education Limited, 2002
Shini, Mahmud Ismail dkk., Al-Arabiyyah Li an-Nasyiin, Al-Mamlakah al-Arabiyyah as-Su’udiyyah, Wizaratu al-Ma’arif Idaratu al-Kutub al-Madrasiyyah, ath-Thab’ah al-ula, 1983



[1] Ungkapan tersebut jika dituliskan dalam bahasa Arab (أسعد الله و سدد خطاكم)
[2] Ungkapan tersebut jika dituliskan dalam bahasa Arab (أسعد الله صباحكم)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar