Rabu, 29 Januari 2014

Update_Aljazeera_Arabic_7



الأربعاء 27/3/1435 هـ - الموافق 29/1/2014 م (آخر تحديث) الساعة 4:17 (مكة المكرمة)، 1:17 (غرينتش)

هل من دلالة لمحاكمة مرسي بذكرى جمعة الغضب؟

أنس زكي-القاهرة

لم تكن محاكمة عادية تلك التي شهدتها مصر الثلاثاء، فالرئيس المعزول محمد مرسي يمثل أمام القضاء مجددا ولكن هذه المرة في قضية أطلق عليها "قضية اقتحام السجون"، وتضم 131 متهما يتقدمهم مرسي، وتشمل عددا من قيادات جماعة الإخوان المسلمين فضلا عن عناصر من حركة المقاومة الإسلامية (حماس) الفلسطينية وحزب الله اللبناني.
وفي ظل إجراءات أمنية مشددة للغاية باتت مألوفة في مثل هذا الحدث، كان اللافت والجديد في جلسة الثلاثاء ما أقدمت عليه السلطة الحالية في مصر من وضع الرئيس المعزول في قفص زجاجي حال بينه وبين الحضور، بينما كانت الدلالة واضحة في تزامن المحاكمة مع الذكرى الثالثة لما عرف بـ"جمعة الغضب" أحد أبرز الأيام في ثورة يناير/كانون الثاني 2011 التي أطاحت بحكم الرئيس السابق حسني مبارك.
ومنذ أن أعلن وزير الدفاع عبد الفتاح السيسي -بدعم من قوى سياسية ودينية- عن خارطة سياسية جديدة في 3 يوليو/تموز الماضي تضمنت عزل مرسي وتعطيل الدستور، فقد ظل مرسي تحت سيطرة الجيش في مكان غير معروف حتى لأهله وذويه فضلا عن محاميه، ولم يظهر الرجل إلا في الجلسة الأولى لمحاكمته فيما عرف بقضية قتل المتظاهرين أمام قصر الاتحادية.
وفي تلك الجلسة كان لافتا أن السلطات أحجمت عن بث الجلسة على الهواء كي لا يصل صوت مرسي إلى أنصاره الذين ما زالوا يتظاهرون تمسكا بشرعيته، رغم تعرضهم لحملة قمعية أدت إلى مقتل المئات منهم وإصابة واعتقال الآلاف.


قفص زجاجي
وبدا أن السلطات قد تحسبت هذه المرة لظهور مرسي وخشيت من قيامه بتوجيه رسائل إلى أنصاره، ولذلك كان المشهد غير المسبوق بإيداعه في قفص زجاجي داخل المحكمة مع تحكم القاضي في المايكروفون الذي ينقل صوته للخارج، فضلا عن قيام التلفزيون الرسمي ببث لقطات قال إنها نقل حي للمحاكمة مع أن المتابع يدرك بسهولة أنها مسجلة وخضعت للتصرف.
وهاجم نشطاء على مواقع التواصل الاجتماعي ما حدث في الجلسة، واعتبر أحدهم أن وضع المتهمين داخل قفص زجاجي مع التدخل والاجتزاء في بث لقطات للمحاكمة يمثل جريمة مكتملة الأركان بحق الأجيال المصرية التي من حقها أن تعرف الاتهامات الموجهة إلى هؤلاء وتسمع ردهم عليها.
لكن ما خطف الأضواء من القفص الزجاجي كان اختيار يوم 28 يناير/كانون الثاني ليكون موعدا للمحاكمة، حيث اعتبر نشطاء أن السلطة الحالية تخطو خطوة جديدة على طريق محاربتها لثورة 25 يناير، وهو ما ظهر قبل أيام قليلة في مشهد الاحتفال بذكرى الثورة الذي بدا غريبا بعدما منعت الشرطة قوى الثورة من دخول ميدان التحرير وسمحت في المقابل لأنصار مبارك وأنصار السيسي الذي يسعى للترشح للرئاسة بما يراه البعض استعادة العسكر للسلطة التي يسيطرون عليها منذ 1952.
تزامن مقصود
ويعتقد المحلل السياسي وليد سلام أن اختيار هذا التوقيت أمر مقصود من جانب السلطة الحالية، ويضيف للجزيرة نت أن ما حدث هو في حقيقته خطوة جديدة على طريق محو الثورة، مدللا على ذلك بأن صحفا رسمية ذهبت في الأيام الأخيرة إلى حد وصف ثورة يناير بأنها نكسة.
وأضاف سلام وهو صحفي بالأهرام أن ما جرى في مقر المحكمة اليوم يمثل مهزلة، إذ بدا أن هناك تعمدا لإهانة الرجل دون مراعاة أنه أول رئيس يصل إلى السلطة عبر انتخابات حرة في مصر منذ زمن بعيد، كما أنه صاحب تاريخ سياسي فضلا عن كونه أستاذا مرموقا في الجامعة.
وختم سلام بالحديث عما وصفها بعلامات استفهام كثيرة تدور حول القضية التي يحاكم فيها مرسي، مضيفا أنه حتى لو ثبت أنه كان يستحق المحاكمة فقد كان المفروض أن يكون إلى جانبه في القفص أعضاء المجلس العسكري الذين سمحوا بوصوله إلى السلطة.
ومن جانبه، أكد الكاتب والمحلل قطب العربي أن اختيار الذكرى الثالثة لجمعة الغضب موعدا لمحاكمة مرسي وعدد من الرموز البارزة لثورة يناير/كانون الثاني يعني أن المحاكمة في الحقيقة هي لثورة يناير وقادتها الذين قاموا بدور بارز يوم 28 الذي مثل تطورا مهما في الثورة التي نجحت في مواجهة الرصاص وقنابل الغاز.
وأضاف العربي -وهو عضو باللجنة الإعلامية لحزب الحرية والعدالة- "واليوم حين انتصرت الثورة المضادة عبر الانقلاب العسكري كان لا بد أن يدفع قادة ثورة يناير الثمن، فتم تقديمهم للمحاكمة بتهمة الهرب من السجون وإحداث فوضى في مصر بالتعاون مع حركة حماس وحزب الله والحرس الثوري الإيراني، وذلك رغبة في الترويج للتهمة التي رددوها سابقا بوجود أياد أجنبية خلف الثورة".
TERJEMAHAN

Rabu, 29 Januari 2014; Jam 04: 17 waktu Mekkah

ADAKAH MAKNA  PENGADILAN MURSI BERSAMAAN DENGAN PERAYAAN “JUMAT KEMARAHAN”

Anas Zaki_Kairo

Pengadilan tidak biasa berlangsung di Mesir, Selasa (28/01/2014), saat presiden terguling Muhammad Mursi, tampil kembali di depan sidang dugaan “kabur dari penjara”. Sidang tersebut mengagendakan pengadilan 131 orang, termasuk Mursi dan sejumlah tokoh Ikhwanul Muslimin (IM) serta sejumlah anggota Hamas, Palestina, dan Hizbullah, Lebanon.
Di tengah kondisi pengamanan ekstra ketat, tampak ada sesuatu yang menarik dan baru pada persidangan Selasa itu, yakni penempatan Mursi, atas prakarsa pemerintahan berkuasa saat ini,  dalam sel berkaca yang menghalanginya dengan pengunjung. Sementara itu, pembarengan waktu sidang dengan perayaan tahun ketiga revolusi, atau yang kerap dikenal dengan “Jumat Kemarahan”, termasuk hari terpenting dalam revolusi Januari 2011, yang menandai keruntuhan rezim Mubarak, memiliki pesan jelas yang tidak terelakkan.
Sejak Mentri Pertahanan, Abdul Fattah al-Sisi, dengan dukungan kekuatan politik dan keagamaan, mengumumkan jalur (penyelesaian) politik baru pada Juli (2013) lalu, termasuk penggulingan Mursi dan penganuliran konstitusi, Mursi berada di bawah kekuasaan militer, ditahan di tempat tersembunyi yang tidak diketahui bahkan oleh keluarga dan kerabatnya, terlebih pengacaranya. Ia baru muncul pada persidangan pertama yang menuduhkan pembunuhan atas pengunjuk rasa di depan istana presiden Ittihadiyyah.
Pada sidang (pertama) tersebut, terjadi hal menarik, di mana pemerintah melarang penyiaran sidang agar suara Mursi tidak sampai kepada pendukungnya, yang masih setia berunjuk rasa meneriakkan keabsahan Mursi sebagai presiden, meski mereka dihalau dengan tindakan keras yang memakan ratusan korban meninggal dan ribuan lainnya ditangkap.
Kerangkeng Berlapis Kaca
Pada sidang ketiga ini, Pemerintah tampak telah mengantisipasi munculnya Mursi dan kekhawatiran penyebaran “pesan-pesan” kepada loyalisnya. Karena itu, Mursi ditempatkan pada kerangkeng berlapis kaca, belum pernah ada yang demikian sebelumnya, dalam ruang sidang dengan kendali hakim melalui mikrofon yang memindahkan suara ke luar. Di samping itu, saluran TV resmi pemerintah merilis gambar-gambar yang menyatakan sidang tersebut disiarkan secara langsung meskipun pemirsa dapat dengan mudah mengetahui bahwa sidang tersebut adalah rekaman belaka, yang rentan pengeditan.
Di jejaring media sosial, para aktifis menentang keras persidangan Mursi. Seorang pegiat menganggap peletakkan terdakwa di dalam kerangkeng berlapis kaca, intervensi, dan pengeditan siaran merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak rakyat Mesir yang berhak mengetahui tuduhan yang dilayangkan terhadap terdakwa dan pembelaan mereka.
Lebih menarik dari soal kerangkeng berkaca adalah pemilihan waktu persidangan pada 28 Januari. Para aktifis menganggap pemerintahan sementara mulai berjalan menentang revolusi 25 Januari. Ini tampak jelas dalam perayaan (tahun ketiga) revolusi, beberapa saat lalu, di mana polisi melarang kekuatan revolusi masuk ke Tahrir Square, sementara mereka membolehkan masuk pendukung Mubarak dan al-Sisi, yang siap maju dalam bursa presiden mendatang dan dianggap sebagai pembalikan jarum jam kembali ke kekuasan militer yang telah berkuasa sejak 1952.
Kebetulan Yang Disengaja
Walid Salam, analis politik, menegaskan bahwa pemilihan waktu (persidangan dan perayaan revolusi) yang berbarengan merupakan hal yang disengaja dari pihak pemerintah berkuasa. Dia menambahkan kepada Aljazeera.net bahwa semua kejadian ini sejatinya merupakan langkah baru menghapuskan revolusi. Dia juga memaparkan bukti adanya koran-koran milik pemerintah yang menggambarkan revolusi Januari sebagai sebuah kemunduran, akhir-akhir ini.
Salam, yang juga jurnalis Al-Ahram, lebih jauh menyatakan apa yang terjadi di persidangan sebagai lelucon. Ini karena adanya kesengajaan penghinaan terhadap Mursi tanpa melihat statusnya sebagai presiden Mesir terpilih pertama lewat jalur pemilu. Mursi juga merupakan politisi kawakan di samping kedudukannya sebagai guru besar terkemuka di perguruan tinggi.
Menutup pembicaraan, Salam mengajukan sejumlah tanda tanya terkait masalah yang didakwakan terhadap Mursi. Dia menyatakan, jika sekiranya pun Mursi layak disidang, hendaknya para anggota Dewan Militer tidak dijajarkan bersebelahan dengan kerangkengnya karena mereka di antara yang mempersilahkan Mursi ke kekuasaan.
Senada dengan Salam, penulis dan analis, Qutb al-Arabi, menegaskan pemilihan perayaan tahun ketiga “Jumat Kemarahan” sebagai waktu persidangan Mursi dan tokoh-tokoh revolusi Januari memiliki makna persidangan terhadap revolusi Januari dan pimpinannya yang berperan besar pada 28 Januari, dan merupakan perkembangan penting bagi revolusi yang berhasil menghadapi peluru dan  gas air mata.
Arabi, yang juga anggota Komite Penerangan Partai Kebebasan dan Keadilan, menambahkan, “Hari ini tatkala revolusi kontra melalui kudeta militer menang, maka tokoh-tokoh revolusi Januari harus bertanggung jawab. Dengan demikian, mereka dapat diajukan ke meja hukum dengan tuduhan kabur dari penjara dan memicu kerusuhan dengan bantuan Hamas, Hizbullah, dan kekuaatan Iran. Hal itu tidak lain untuk membenarkan tuduhan berulang-ulang mereka, sebelumnya, tentang adanya “tangan-tangan asing” di balik revolusi Januari (2013). (Terj. Fuad Munajat**).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar