Semoga semangatnya tetap membara bersama
Fuad "The Undefeated One" Munajat
الخميس
19/4/1435 هـ - الموافق 20/2/2014 م (آخر تحديث) الساعة 10:45 (مكة المكرمة)، 7:45
(غرينتش)
بعد وفد الحكومة المصرية المؤقتة
|
|||||
|
|||||
أحمد الأمين-نواكشوط
بعد أقل من أسبوع
على استقبال موريتانيا وزير الثقافة في الحكومة المصرية المؤقتة على رأس وفد رسمي كبير،
أجرى وفد من "التحالف الوطني لدعم الشرعية" في مصر لقاءات مع الأحزاب السياسية
الموريتانية والمنظمات الحقوقية، في نواكشوط وعبر عن رغبته في لقاء الرئيس الموريتاني محمد ولد عبد العزيز والمسؤولين الموريتانيين.
والتقى الوفد -الذي يضم أعضاء من مجلس الشورى
المصري المنحل- زعيم المعارضة الموريتانية ورئيس حزب تكتل القوى الديمقراطية أحمد
ولد داداه، ورئيس الاتحاد من أجل الجمهورية الحاكم، وعددا من زعماء الأحزاب
الموريتانية ورؤساء المنظمات الحقوقية الموريتانية.
وقال وكيل لجنة حقوق الإنسان بمجلس الشورى
المنحل عز الدين الكومي -خلال مؤتمر صحفي الليلة الماضية في نواكشوط، حضره لفيف من
رؤساء الهيئات الحقوقية الموريتانية- إن كل القادة السياسيين الذين قابلهم الوفد
في موريتانيا "يقدرون خطورة ما يجري في مصر ويدركون أن إفشال الانقلاب هو
صمام أمان لدول القارة الأفريقية ضد الانقلابات".
وأوضح أن الوفد شرح لقادة الأحزاب "ما
يتعرض له المصريون على يد الانقلابين" وأن لدى الوفد "مطالب محددة من
أبرزها تمسك موريتانيا -التي تقود الاتحاد الأفريقي- بموقف الاتحاد المبدئي من
الانقلابات العسكرية وعدم التعامل من سلطة الانقلاب في مصر". مشيرا إلى أن
الأحزاب السياسية أكدت دعمها للشرعية ووقوفها إلى جانب المدافعين عنها.
وردا على سؤال للجزيرة نت عن ما إذا التقى
الوفد بالسلطات الرسمية قال "لقد التقينا برئيس حزب الاتحاد من أجل
الجمهورية (الحزب الحاكم) وطلبنا لقاءات مع رئيس الجمهورية والوزير الأول ووزير
الخارجية، ونأمل أن تتم هذه اللقاءات".
ولقيت زيارة الوفد ترحيبا في الأوساط الحزبية
الموريتانية، خاصة المعارضة التي عبرت عن مساندتها لـ"المطالب المشروعة للشعب
المصري".
تضامن شعبي
وقال رئيس حزب الاتحاد والتغيير الموريتاني المعارض صالح ولد حننا إن زيارة الوفد "كانت مناسبة للتعبير عن تضامن الشعب الموريتاني معهم ومساندته لنضالهم المشرف من أجل إعادة الشرعية وإفشال الانقلاب".
وقال رئيس حزب الاتحاد والتغيير الموريتاني المعارض صالح ولد حننا إن زيارة الوفد "كانت مناسبة للتعبير عن تضامن الشعب الموريتاني معهم ومساندته لنضالهم المشرف من أجل إعادة الشرعية وإفشال الانقلاب".
وأضاف ولد حننا للجزيرة نت "إن زعماء
الأحزاب وقادة الرأي مطالبون بالوقوف إلى جانب الشعب المصري في نضاله لاسترجاع
ثورة 25 يناير وعودة الشرعية، لأن الأمر لا يتعلق بمصر وحدها وإنما هو قضية الأمة
بكاملها، ففشل الانقلاب في مصر يعني سقوط الدكتاتوريات في كل الوطن العربي، ونجاحه
لا قدر الله يعني التمكين للطغيان والقهر وسلطة الفرد".
كما اعتبر زيارة وفد تحالف دعم الشرعية إلى
موريتانيا أمرا مهما "لأنه يأتي بعد أيام من زيارة وفد يمثل الانقلابين،
احتفى به النظام احتفاء في غير محله وذلك ما عبر عنه الشباب الموريتاني والقوى
الحية في البلد".
ويرى الصحفي الموريتاني أحمد سالم ولد
المختار أن استقبال نواكشوط للوفدين خلال أسبوع واحد "يجد مبرره في جو
التعددية السياسية، وتنوع الرؤى في الساحة الموريتانية مما يسمح بتعاطي الطيف
السياسي مع مختلف الفرقاء المصريين".
وقال إن رئاسة موريتانيا للاتحاد
الأفريقي "تجعل السلطة الحاكمة في مصر تسعى إلى كسب موقف موريتانيا إلى
جانبها لعل ذلك يسهم في تليين موقف الاتحاد من تجميد عضويتها فيه. وبالقدر نفسه
يسعى المطالبون بعودة الرئيس مرسي إلى أن تتمسك موريتانيا بموقف الاتحاد المبدئي
من الانقلابات في دول القارة".
TERJEMAH:
Kamis, 20 February 2014;
10: 45 waktu
Mekkah
SETELAH DELEGASI PEMERINTAH MESIR SEMENTARA,
DELEGASI ALIANSI ANTI KUDETA KUNJUNGI MAURITANIA
Oleh: Ahmad al-Amin, Nuwakshut
Setelah satu minggu Mauritania menyambut kedatangan Menteri
Kebudayaan pemerintahan sementara Mesir, yang memimpin utusan resmi, Aliansi
anti kudeta juga melangsungkan pertemuan dengan partai-partai politik
Mauritania dan organisasi HAM di Nuwakshut[1] dan menyatakan keinginan mereka
untuk bertemu Presiden Mauritania Muhammad Walad Abdul Aziz dan para pejabat
Mauritania.
Delegasi Aliansi, yang meliputi para anggota MPR Mesir
teranulir, bertemu pimpinan oposisi Mauritania, ketua partai Koalisi Kekutan
Demokrasi, Ahmad Walad Dadah, dan ketua Partai Persatuan Untuk Republik yang
tengah berkuasa, serta sejumlah pimpinan partai dan pimpinan organisasi HAM
Mauritania.
Wakil komite HAM MPR Mesir teranulir, Izzuddin al-Kumi, di
sela-sela konferensi pers kemarin malam di Nuwakshut, yang dihadiri sejumlah
pimpinan organisasi HAM Mauritania, mengatakan semua pimpinan politik di
Mauritania yang ditemui Delegasi “menganggap apa yang sedang berlangsung di
Mesir sebagai sebuah bahaya dan memahami penggagalan kudeta militer adalah
katup pengaman bagi negara-negara di Benua Afrika dalam menghadapi segala
bentuk kudeta”.
Dia juga mengatakan pihaknya telah menjelaskan kepada
pimpinan partai-partai (Mauritania) terkait “apa yang tengah dialami rakyat
Mesir di tangan kudeta”, dan Delegasi memiliki sejumlah permohonan, terutama
komitmen Mauritania, yang saat ini memimpin Uni-Afrika, mengenai sikap dasar
Uni-Afrika yang menolak segala bentuk kudeta militer dan tidak berhubungan
dengan otoritas kudeta Mesir”. Lebih jauh, pihaknya menyatakan partai-partai
politik Mauritania menegaskan dukungan terhadap legitimasi (Mursi) dan
keberpihakan pada kelompok yang menyokong legitimasi tersebut.
Merespons pertanyaan Aljazeera net, terkait pertemuan
Delegasi dengan otoritas resmi (Mauritania), Izzuddin mengatakan “Kami telah
bertemu ketua Partai Persatuan Untuk Republik yang tengah berkuasa dan meminta
waktu bertemu Presiden, Perdana Menteri, dan Menteri Luar Negeri. Kami berharap
pertemuan tersebut segera terwujud”.
Kunjungan Delegasi Aliansi anti kudeta mendapat sambutan
hangat di kalangan partai-partai politik Mauritania, terutama pihak oposisi,
yang telah menyatakan sokongannya terhadap “tuntutan legitimasi bagi rakyat
Mesir”.
Dukungan Rakyat Mauritania
Ketua Partai Persatuan dan Perubahan Mauritania, partai
oposisi, Shaleh Walad Henna, menyatakan kunjungan Delegasi Aliansi bertepatan
dengan dukungan rakyat Mauritania dan sokongan bagi perjuangan mulia
mengembalikan legitimasi dan menggagalkan kudeta.
Walad Henna lebih jauh mengatakan kepada Aljazeera net,
“Para pimpinan partai dan tokoh-tokoh Mauritania menuntut dukungan terhadap
rakyat Mesir dalam perjuangan mereka mengembalikan Revolusi 25 Januari dan
pengembalian legitimasi. Hal ini karena persoalan Mesir tidak berdiri sendiri
tetapi menjadi persoalan seluruh bangsa. Kegagalan kudeta di Mesir dapat
berarti jatuhnya otoritarianisme di seluruh bangsa Arab, sedangkan kesuksesan
kudeta, semoga tidak terjadi, bermakna kemenangan bagi para tiran, pemaksaan, dan
otoritarianisme.
Walad Henna juga menyatakan kunjungan Aliansi anti kudeta ke
Mauritania sebagai hal penting, “karena kunjungan tersebut berlangsung beberapa
hari setelah kunjungan delegasi pihak kudeta, yang tidak semestinya disambut
baik oleh pemerintah, sebagaimana disuarakan pihak Pemuda Mauritania dan
kekuatan berpengaruh di negeri ini”.
Jurnalis Mauritania, Ahmad Salim Walad al-Mukhtar, mengatakan
sambutan Nuwakshut terhadap sejumlah delegasi dalam sepekan “menjadi
justifikasi iklim multi-politik dan keragaman pendapat di Mauritania, yang
memperkenankan pelaksanaan spektrum politik terhadap berbagai kelompok Mesir.
Dia juga mengatakan kepemimpinan Mauritania di Uni-Afrika
membuat otoritas Mesir berupaya menarik Mauritania berpihak kepadanya agar
dapat melunakkan sikap Uni-Afrika terkait pembekuan keanggotaan Mesir. Di saat
yang sama, Aliansi anti kudeta juga berusaha menuntut komitmen Mauritania
berpegang pada sikap dasar Uni-Afrika terkait segala macam kudeta di benua
Afrika. (Terj. Fuad Munajat**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar